Berita Banjarbaru
Terdampak Pandemi Covid-19, Investasi PMA di Kalsel Lesu
nvestasi yang terbukukan dari Penanaman Modal Asing (PMA) melesu bahkan kalsel urutan bawah di Indonesia.
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Investasi yang masuk dan terbukukan di Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) masih menujukkan gairah meski suasana Pandemi Covid-19 di Kalsel. Karena mayoritas penyumbang investasi justru dari PMDN.
Namun sebaliknya, Investasi yang terbukukan dari Penanaman Modal Asing (PMA) melesu bahkan kalsel urutan bawah di Indonesia.
Data terbukukan dari Dinas Penanaman Modal Terpadu satu Pintu bahwa nilai investasi Kalsel triwulan I (Januari-Maret) mencapai Rp1,53 trilun dengan jumlah proyek 316 buah, terdiri dari 236 PMDN dan 80 PMA.
Untuk nilainya dari PMDN tervatatkan Rp1,46triliun dan sementara dari PMA terbukukan Rp64,4 miliar. Jika dipersentasekan 95,4 persen PMDN, dan PMA 4,3 persen.
• NEWSVIDEO, Terdampak Corona, Investasi Penanaman Modal Asing di Kalsel Lesu
• Instrumen Investasi Pendapatan Tetap, Bursa Efek Indonesia Kenalkan Obligasi
• Investasi Kalsel 2020 Ditarget Naik, DMPTSP Kalsel Lirik Sektor Air Minum dan Perumahan
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kalsel Nafarin, Jumat (5/6/2020) menjelaskan bahwa PMDN Kalsel diperingkat 15 dari 34 Provinsi yang pembukuan PMDN nya mencatatkan nilai investasi yang terbesar.
"Kalau PMDN dibilang masih lumayan, namun PMA kita urutan 30, paling terbawah di regional kalimantan. Panyebabnya karena Covid-19 semua masih sama menunda karena Covid-19," tandas Nafarin.
Dijelaskan Nafarin, untuk PMDN ini setelah dilihat adalah paling besar adalah disektor Perkebunan Peternakan dan Tanaman Pangan.
"Sebesar 35 persen paling besar di sektor perkebunan dan Peternakan dan tanaman pangan, kemudian disusul industri makanan dan sejenisnya," kata Nafarin.
Dijelaskan dia untuk PMDN di Kalsel ada tiga daerah yang paling subur investasinya yakni, di Tanahlaut, Tanbu dan Kabupaten Banjar," kata dia.
Secara keseluruhan dijelaskan dia,
ternyata nilai ekspor dari sektor industri kehutanan seperti plywood, serta perhiasan dan emas masih bagus.
Menurut Nafarin, kedua sektor ini yang bisa mendongkrak dan menopang ekspor Kalsel. Sedangkan komoditi lain, seperti kelapa sawit, kakao, dan karet turun.
Dijelaskan Nafarin sscara keseluruhan, bahwa nilai investasi Kalsel triwulan pertama 2020 Rp 1,5 triwulan mengalami penurunan sekitar 50 persen dibanding triwulan pertama 2019 sebesar Rp3 triliun.
Karena itu, Nafarin berharap, pada triwulan kedua nilai investasi Kalsel bisa membaik, apalagi Kalsel di tahun 2020 ini Rp 12 Triliun namun realisasi sementara tercapai Rp 1,5 Triliun di triwulan pertama.
"Memang sulit. Tapi kita terus coba tawarkan investasi di Kalsel baik PMA dan PMDN. Biasanya kita annual meeting di forum forum resmi untuk nawarkan investasi ini namun karena Covid-19 sementara penawaran langung dengan video conference, dan media sosial. Terbaru akan dijadwalkan dengan Austarlia 18 Juni, guna pemasaran investasi," kata dia.
