Suka Duka Menemani Anak Belajar Daring
Masih Banyak Murid di Kampung tak Punya HP, Terpaksa Harus Belajar ke Sekolah
Proses sekolah dengan sistem belajar daring ternyata dalam praktiknya berbeda antara di perkotaan dan di perdesaan.
Penulis: Salmah | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Proses sekolah dengan sistem belajar daring ternyata dalam praktiknya berbeda antara di perkotaan dan di perdesaan.
Perbedaan mencolok adalah soal kepemilikan HP yang menjadi alat penting dalam belajar daring.
Janiah, guru MIN 2 Batola, bidang mata pelajaran Mulok (Muatan Lokal) mengungkapkan, di wilayah Desa Tamban itu pada kenyataannya tidak semua warga memiliki HP android.
Bisa dimaklumi sebab mayoritas penduduk di sana hidup dari pekerjan bertani.
• Mendampingi Anak Belajar Daring, Warga Banjarmasin ini Merasa Kembali Sekolah
• Sediakan Dua HP, Pulang Kerja Khairiyah Langsung Menghadapi Pelajaran Anak
• Siswa kelas V SDN Kebun Bunga 1 Banjarmasin ini Didampingi Ayah Belajar, Merekam serta Kirim Tugas
• Tugas Anak TK Dominan Praktik, Orangtua Dituntut Kreatif
• Tak Semua Kirim Hasil Tugas, Guru MIN 2 Banjarmasin ini Kadang Mengantarkan Tugas ke Rumah Siswa
Adalah tingkat kemampuan ekonomi yang menjadi kendala.
Tak seperti di kota, anak TK saja sudah ada yang dibelikan HP oleh orangtua, sedangkan di desa tidak demikian, kecuali anak beranjak ABG yang dibelikan HP.
"Makanya yang sistem daring hanya kelas 5 dan 6, sedangkan kelas 1 sampai 4 diterapkan belajar di sekolah," jelasnya.
Jadi ada dua kelompok yang belajar luring (luar jaringan) yaitu kelas 1-2 dan kelas 3-4.
Mereka datang ke sekolah seminggu sekali setiap hari Senin dengan penerapan protokol kesehatan yakni pakai masker dan cuci tangan.
"Tapi mereka belajar di sekolah tidak lama, hanya dua jam. Mulai pukul 08.00 hingga 10.00 Wita. Satu kelas berjumlah 29 murid dibagi jadi 3 ruangan," terang Janiah.
Bagi Janiah, murid-murid juga harus diarahkan dulu sebelum mereka pulang, supaya tugas yang dibawa ke rumah bisa mereka kerjakan sendiri atau kalau dibantu orangtua maka mereka bisa memahami.
"Ya, semoga saja pandemi corona ini segera berakhir, agar anak-anak bisa kembali sekolah seperti sediakala," pungkas Janiah.
(banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)