Ekonomi dan Bisnis

New Normal, Penjualan Jamu Tradisional Kemasan Botol di Banjarmasin Meningkat 70 Persen

Di Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dan sekitarnya sudah banyak bermunculan produk jamu tradisional kemasan botol modern.

Penulis: Mariana | Editor: Syaiful Akhyar
istimewa
Proses pembuatan jamu kekinian Alrumi 

Editor: Syaiful Akhyar

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Jamu tradisional lekat dengan ciri khas jamu gendong atau keliling. Penjual jamu zaman dulu mendatangi konsumen ke rumah-rumah.

Namun kini pedagang jamu memanfaatkan peluang bisnis jamu tradisional secara praktis sesuai perkembangan zaman.

Selain jamu gendong keliling, masyarakat Indonesia sudah mengenal jamu dalam bentuk lainnya yakni kapsul atau serbuk yang diseduh. Jamu pun kini hadir dalam kemasan botol yang modern dan kekinian.

Di Kalimantan Selatan (Kalsel), khususnya Banjarmasin dan sekitarnya sudah banyak menjual jamu kemasan modern.

Seiring merebaknya kasus wabah covid-19 yang menjangkiti Indonesia, permintaan jamu tradisional pun meningkat.

Bawaslu Banjarmasin Peringatkan Paslon dan Tim Kampanye, Dilarang Gelar Donor Darah Masa Kampanye

IKASBA Kalsel Ingatkan Anggota Tak Terprovokasi Kampanye Hitam di Medsos

Diduga Lakukan Pungli, Tiga Oknum Polres Dilaporkan ke Propam Polda Kalsel

Produk jamu kekinian di antaranya diproduksi oleh Gusti Reza yang berlokasi di kediamannya di Jalan Pahlawan Banjarmasin. Melalui brand Ini Jamu, ia memproduksi jamu tradisional kemasan modern di tengah pandemi saat ini.

"Selama pandemi kemudian memasuki new normal, penjualan terus meningkat kisaran 70 persen," jelasnya kepada Banjarmasinpost.co.id, Selasa (29/9/2020).

Ia menjual dua jenis ukuran jamu yakni botol ukuran 250 ml seharga Rp 10.000-13.000 dan ukuran 1.000 ml dipatok Rp 30.000-45.000 per botol.

Varian rasa yang tersedia yakni kunyit asem, kunyit asem, daun sirih manjakani, kunyit asem daun sirih pinang muda, kunyit asem daun sirih manjakani pinang muda, jahe merah, beras kencur, temulawak jahe, empon-empon, gula asem, dan jeruk nipis peras.

Sejak kemunculan Covid-19 di Indonesia, diakuinya terjadi peningkatan pembeli terlebih saat ada pemberitaan rempah-rempat meliputi jahe, kunyit, temulawak diklaim bisa menangkal Covid-19.

"Paling banyak dibeli jamu kunyit asem kombinasi sirih, varian ini bisa di minum dari remaja hingga dewasa. Untuk menambah imun tubuh, konsumen minta dibuatkan varian kombinasi lainnya," imbuhnya.

Gusti menyebutkan, dari hasil bisnis jamu ini ia meraup omzet Rp 2.000.000-3.000.000 ke atas per bulan.

Pebisnis jamu kekinian lainnya, Rahma mengaku suka konsumsi jamu untuk perawatan dan kesehatan tubuh. Menurutnya, manfaat jamu benar-benar terasa bagi tubuh dan tidak ada efek samping selama mengonsumsinya.

"Saya sering beli dan coba-coba jamu yang beredar namun kebanyakan tidak sesuai dengan ekspektasi. Mulai dari tingkat kehigienisannya hingga pengemasan yang ala kadarnya, membuat saya memutuskan untuk membuat sendiri jamu tradisional," paparnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved