Mengulik Lahirnya Nama Pelaihari

Lidah Pribumi Pekebun Lada Keluarga Penjajah di Tanahlaut Tak Fasih Sebut Mr Pley Hare

masa penjajahan ratusan tahun silam, ada salah satu pihak keluarga penguasa (penjajah dari Inggris) yang mendapat tugas mengembangkan perkebunan

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/roy
Inilah salah satu ruas jalan utama di Kota Pelaihari yang rindang oleh pepohonan penghijauan yang memayungi badan jalan._. 

Editor: Eka Dinayanti

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Jejak penjajahan masa silam di Bumi Pertiwi benar-benar merambah hingga ke hampir seluruh penjuru negeri ini, termasuk di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel).

Pada masa penjajahan ratusan tahun silam, ada salah satu pihak keluarga penguasa (penjajah dari Inggris) yang mendapat tugas mengembangkan perkebunan di Tala.

Khususnya di seputaran wilayah Kota Pelaihari.

Baca juga: Asal Usul Nama Pelaihari, Muncul Beberapa Versi, Umumnya Berkaitan Masa Penjajahan

Baca juga: Tanahlaut Tempat Pelarian Pejuang Kerajaan Hindari Kejaran Penjajah

Nama keluarga penguasa begitu familiar di telinga penduduk pribumi hingga akhirnya lama-kelamaan melekat pada penyebutan distrik (wilayah) yang kemudian kini dikenal dengan sebutan Pelaihari.

"Mr Pley Hare atau Mr Hare. Itulah nama keluarga penguasa penjajah Inggris kala itu yang dapat tugas mengembangkan tanaman lada Mulocco," papar Ismail Fahmi, pemerhati sejarah Tala, Jumat (20/11/2020).

Mr Hare adalah keluarga dari Alexander Hare, penjajah Inggris yang menjalankan kendali kekuasaan di Indonesia.

Ia memunjuk Pley Hare membuka perkebunan lada di Tala.

Nama Pley Hare kemudian menjadi sering diucapkan oleh orang-orang di Tanahlaut dengan sebutan Pelaihari.

Seperti pada umumnya penyebutan nama-nama orang asing lainnya di Tanahlaut, lidah pribumi kurang fasih.

Misalnya Alexander menjadi Alikandar dan Mulocco menjadi Maluka.

"Itulah sejarah penamaan Pelaihari dari penuturan Arthum Artha seorang penulis sejarah dan wartawan di Kalimantan Selatan dalam bukunya Gelanggang Tanah Laut," beber Fahmi.

(banjarmasinpost.co.id/roy)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved