Berita Batola

Remajakan Kebun Sawit di Sawahan Batola, Peneliti ULM Terapkan Model Paludikultur 

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah menyalurkan bantuan dana hibah melalui program peremajaan sawit rakyat

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Hari Widodo
Tim Peneliti LPPM untuk BPost
TABURKAN KAPUR – Tiga petani menaburkan kapur di antara kebun kepala sawit di Desa Sawahan Kecamatan Cerbon Batola yang menjadi lokasi penelitian LPPM ULM Banjarmasin. 

Editor : Hari Widodo

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Perkebunan kelapa sawit rakyat di lahan gambut atau bergambut yang memasuki usia tidak produktif sudah harus melakukan peremajaan.

Namun, sebagian petani tidak melaksanakan peremajaan disebabkan keterbatasan modal yang dimiliki dan kekhawatiran akan kehilangan pendapatan dalam kegiatan peremajaan.  

Di lain sisi, kegiatan peremajaan kelapa sawit di lahan gambut/bergambut dihadapkan pada permasalahan kerusakan ekosistem jika tidak memperhatikan fungsi utama lahan gambut sebagai sumber karbon dan penyimpan air.  

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah menyalurkan bantuan dana hibah melalui program peremajaan sawit rakyat.

Baca juga: Sebagian Buah Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Tanahlaut Ditolak Pabrik, Ini Penyebabnya

Baca juga: Kapolres Tapin Cek Peralatan Pemadam Enam Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Paludikultur adalah cara budidaya di lahan rawa (gambut) dengan prinsip utama memperlambat proses dekomposisi dan menghasilkan bahan organik (biomassa) untuk mencegah kerusakan lahan gambut, melalui tiga aspek utama yaitu rewetting, revegetation dan Revitalisation.

Penerapan sistem paludikultur saat peremajaan sawit dengan sistem multiple cropping dengan tanaman semusim menjadi alternatif pendapatan selama awal pertumbuhan sawit.  

BPDPKS bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat (LPPM ULM) yang terdiri dari para peneliti dari Fakultas Pertanian ULM Banjabaru yakni, Dr Ir Fakhrur Razie, MSi, Dr Yudi Ferrianta SP MP dan Rifiana SP MP melakukan penelitian ini di Desa Sawahan Kecamatan Cerbon Barito Kuala.

“Penelitian ini bertujuan mengkaji model pengelolaan tanaman sawit saat peremajaan di lahan gambut/bergambut di Kalimantan Selatan, untuk membangun model peremajaan kelapa sawit dan optimalisasi peremajaan kelapa sawit dengan sistem paludikultur, serta kajian untuk merumuskan strategi penguatan peran kelembagaan petani,” ujar Ketua Peneliti, Dr Ir Fakhrur Razie MSi.

Dikatakannya, sistem multiple cropping diadopsikan pada areal peremajaan sawit sistem paludikultur yang dilaksanakan ini dapat menjadi satu di antara rekomendasi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan menjaga kontinuitas pendapatan petani sawit terutama pada saat awal peremajaan sawit.  

Berdasarkan analisis optimalisasi pola tanam sayuran menggunakan metode linear programming menghasilkan pola tanam optimalisasi petani sayuran adalah komoditas kacang panjang, mentimun dan labu madu.

Sedangkan untuk tanaman lainnya ditetapkan adalah tanaman padi, cabe serta serai wangi dan purun danau.  

Diakuinya, lahan bergambut dengan status kesuburan tanah rendah dan memiliki kesesuaian lahan dari semua sayuran terpilih termasuk kelas kesesuaian marginal (S3) dengan faktor penghambat retensi hara (KTK, KB dan pH rendah), genangan air dan curah hujan, sehingga upaya pengelolaan yang diterapkan dengan pembuatan surjan, pengaturan tata air, pemberian bahan organik dan pengapuran. 

Kemudian, ujarnya, model peremajaan kelapa sawit rakyat sistem paludikultur dicirikan dengan pengembalian biomassa bagian atas sawit setara dengan 10 ton kompos/hektare, dan pengembalian biomassa dari kegiatan pertanian tanaman semusim dari sistem multiple cropping, serta pengaturan tata air sehingga kedalaman muka air tanah 40 cm.  

“Pengembalian biomassa yang dikomposkan dan pengapuran telah meningkatkan status kesuburan tanah menjadi tergolong sedang dengan pH tanah tergolong masam hingga agak masam (4,59-6,06) jika sebelumnya lahan tersebut berstatus kesuburan rendah, sangat masam hingga masam (3,65-4,69),” ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved