Jejak Guru di Martapura
Syekh Haji Muhammad Arsyad Al Banjari, Tokoh Ulama dan Kerabat di Kesultanan Banjar
Syekh Haji Muhammad Arsyad Al Banjari ulama terkenal di Kalimantan. Berasal dari Martapura, Kalsel. Dibantu Kesultanan Banjar untuk belajar di Mekkah.
Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Kubah Datu Kalampayan atau Syekh Haji Muhammad Arsyad Al Banjari adalah satu obyek wisata religi yang banyak dikunjungi masyarakat di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Letak kubah atau makamnya di Jalan Syekh Haji Muhammad Arsyad Al Banjari di Desa Kelampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalsel.
Jaraknya sekitar 35 kilometer dari Kota Banjarmasin atau dari titik nol kilometer di siring Sungai Martapura, Kota Banjarmasin.
Untuk menuju ke lokasi Kubah Datu Kalampayan, aksesnya melintasi Jalan Nasional yang kondisi aspalnya mulus.
Baca juga: VIDEO, Kubah Datu Kelampayan di Kabupaten Banjar Aman dari Banjir
Dari Banjarmasin arah ke Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan berbelok ke ruas Jalan Kabupaten di Kecamatan Astambul.
Dari ibukota Kecamatan Astambul itu sejauh 6 kilometer ke Desa Kalampayan.
Ada gerbang saat memasuki Desa Kalampayan. Cukup membayar retribusi masuk Rp 5000 untuk satu mobil minibus.
Juru kunci kubah makam Datu Kalampayan, adalah Guru Ahmad Nur Arifin. Dia adalah salah satu dati zuriat atau keturunan dari Datu Kalampayan.
Baca juga: Lewati Enam Desa, Jalan Menuju Makam Datu Kelampaian Kabupaten Banjar Direalisasikan Sejak 2019
Guru Ahmad Nur Arifin mengatakan Datu Kalampayan hidup di zaman Kesultanan Banjar.
Lahir di Desa Lok Gabang pada 17 Maret 1710 masehi dan meninggal dunia di Desa Dalam Pagar pada 3 Oktober 1812 silam atau sekitar 300 tahun yang lalu.
Datu Kalampayan terkenal alim dan dalam ilmu pengetahuan agama Islamnya karena belajar dan menuntut ilmu dengan halaman besar selama 35 tahun di Makkah, Saudi Arabia.

Syekh H Muhammad Arsyad Al Banjari mendapat beasiswa dari Kesultanan Banjar kala itu karena sosoknya yang cerdas dan berbudi pekerti serta santun kala muda meski berada di kalangan istana Kesultanan Banjar.
Sultan Banjar menikahkan putrinya dengan Datu Kalampayan dan mendapat lahan untuk mendirikan madrasah di Desa Dalam Pagar. Desa itu yang selama penjajahan VOC tidak pernah didatangi atau diserang.