Opini Publik
Setrum Taper Tantrum
Pendalaman pasar keuangan, pengelolaan likuiditas, dan pengendalian suku bunga perbankan menjadi sasaran internal yang bisa digapai
Oleh karenanya, DNDF dapat dimanfaatkan oleh pelaku pasar sebagai instrumen lindung nilai terhadap risiko perubahan nilai tukar. Apa lagi, implementasi transaksi DNDF anyar nantinya dikembangkan dalam sistem perdagangan elektronik. Proses pertukaran dilakukan dengan pusat rekanan (central counterparty) sehingga lebih transparan.
Alhasil, penguatan pasar DNDF diharapkan mampu menjalankan fungsi sebagai rujukan yang kredibel atas nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS di masa datang.
Intinya, BI bisa memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah di waktu yang akan datang sehingga bisa sejak awal menyiapkan strategi komplementernya.
Kalaupun pasar DNDF sudah kuat, persoalan nilai tukar tidak berhenti sampai di sini. Problema daya jangkau pasar DNDF agaknya sangat urgen di sini. Pasar DNDF harus mampu menjadi acuan bagi pasar sejenis di luar negeri sehingga potensi mobilitas valuta asing ke luar negeri bisa diredam.
Sampai di sini, mekanisme pasar DNDF bisa bekerja jika ada kesamaan persepsi antara BI dengan pelaku pasar keuangan. Persoalannya pelaku pasar belum banyak yang familiar dengan DNDF. Besarnya nilai transaksi periodik valuta asing di pasar spot tampaknya bisa menjadi cerminan komparasi.
Bertransaksi di pasar derivatif memang membutuhkan perhitungan yang tidak ‘umum’ dan memuntut logika yang amat komprehensif. Namun jika seluk-beluk pasar DNDF bisa utuh dipahami oleh pelaku pasar keuangan, nilai tukar rupiah di masa datang niscaya tetap sejalan dengan nilai fundamentalnya.
Bagaimanapun stabilitas nilai tukar tetap menjadi faktor penting dalam mendukung pemulihan ekonomi apalagi Indonesia menganut sistem perekonomian terbuka. Artinya, dinamika global senantiasa mengiringi kinerja perekonomian nasional dengan segala peluang dan tantangannya.
Alhasil, kebijakan stabilisasi nilai tukar yang berbasis pada paradigma ‘mendahului keadaan’ (front loading, pre-emptive, dan ahead the curve) yang diusung BI akan kian kredibel. Potensi gejolak nilai tukar rupiah bisa dikendalikan sejak dari sumbernya. Pada akhirnya, sengatan ‘setrum’ taper tantrum pun akan terkelola secara sistematis. Bukan begitu, BI? (*)