Ekonomi dan Bisnis

Kepala BI Kalsel Tekankan Hilirisasi Batu Bara untuk Memaksimalkan Nilai Ekonomis

Kepala BI Kalsel Amalinson Sembiring menekankan cadangan baru bara yang melimpah bisa mendorong naiknya nilai tambah dengan sentuhan teknologi.

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Alpri Widianjono
banjarmasinpost.co.id/ACM
Aktivitas ekspor batubara di Perairan Tabunio, Kabupaten Tanah Laut (Tala), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). 

Di Kaltim, dengan sumber daya dan cadangan Batu Bara tertinggi menduduki peringkat pertama daerah dengan NRC. Disusul Kalsel di urutan ke-7, Kalteng ke-11, dan Kalbar ke-21.

Provinsi tersebut yang sangat tergantung terhadap SDA tambang, menurut  cenderung tidak mengalami pembangunan yang berkelanjutan. 

Pihaknya juga mendapati bahwa perdagangan Batu Bara yang selama ini terjadi di Kalimantan, tidak memberikan trickle-down effect terhadap masyarakat Kalimantan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Pengujian Impulse Response Function menunjukkan perubahan harga Batu Bara tidak memberikan efek terhadap perubahan inflasi Kalimantan.

Dari kajian pihaknya, sambung Amalison, hilirisasi Batu Bara menjadi Dimethyl Ether (DME) akan menekan keperluan defisit impor LPG nasional. Beri nilai tambah 8x lipat dibandingkan dengan menjual Batu Bara mentah.

Tongkang batu bara yang melintasi di Sungai Barito terlihat dekat dari atas Jembatan Rumpiang Batola
Tongkang batu bara yang melintasi di Sungai Barito terlihat dekat dari atas Jembatan Rumpiang, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). (banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri)

"Methanol akan memberi nilai tambah 6 kali lipat sekaligus menjadi jawaban dari berbagai keperluan impor. Saat ini hilirisasi Batu Bara di Kalimantan sudah dilakukan menjadi semi kokas. Dan, dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi Kalimantan untuk memenuhi keperluan industri baja dan smelter nikel di Sulawesi (LVC)," imbuh Amanlison Sembiring.

Dijelaskan dia, proyek hilirisasi besar lain di Kalimantan akan segera dimulai, semisal KPC dan Kideko di Kaltim, Adaro di Kalsel.

Sementara itu, hilirisasi dengan gasifikasi akan membangun berbagai industri petrokimia baru dengan berbagai jenis turunannya atau yang lebih dikenal sebagai forward linkage.

"Nah dalam hal ini, guna mendorong hilirisasi batubara, Bank Indonesia berupaya berperan aktif melalui berbagai asesmen dan kajian. Kami mendapati bahwa reformasi struktural dan transformasi industri adalah kunci utama untuk masa depan Kalimantan dan Indonesia," bebernya. 

Adapun, Asisten Gubernur Bank Indonesia, Dwi Pranoto, menambahkan, terdapat 3 poin penting yang menjadi catatan pihaknya dalam hilirasi Batu Bara.

Baca juga: Ekspor Meningkat, Neraca Perdagangan Kalsel Surplus USD 640 Juta

Pertama, hilirisasi melalui gasifikasi Batu Bara, sejalan dengan tren transisi energi global yang mendukung sustainable development.

Kedua, hilirisasi Batu Bara diharapkan mampu menopang resiliensi perekonomian daerah terhadap dinamika harga komoditas global.

Ketiga, rencana proyek gasifikasi Batu Bara, seperti proyek coal to methanol di Kalimantan Timur merupakan industri pionir di Indonesia yang dapat memperkuat local value chain.

Hadir dalam webinar ini Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara pada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Ir Sujatmiko, Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor dan Wakil Gubernur kalsel H Muhiddin.

Juga, Direktur Utama Adaro Power Dharma Djojonegoro, Direktur Eksekutif APBI-ICMA Hendra Sinadia, Ketua Umum PERHAPI, Rizal Kasli serta Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Sutta Dharmasaputra.

(Banjarmasinpost /Nurholis Huda)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved