Maulid Nabi Muhammad SAW 2021

Pesan Tersirat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2021, Simak Sejarah Perayaan Kelahiran Rasulullah

Terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan hari kelahiran Rasulullah SAW.

Editor: M.Risman Noor
TRIBUNJOGJA/NET
Ilustrasi - Maulid Nabi Muhammad 1442 Hijriah 

Dalam kitab Wafayat Al-A`yan, Ibn Khallikan menceritakan Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam, kemudian ke Irak.

Ketika Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia berpendapat Sultan Al-Muzhaffar sangat perhatian terhadap perayaan Maulid Nabi.

Kemudian, Al-Hafizh Ibn Dihyah menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi berjudul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”.

Baca juga: Tata Cara dan Niat Sholat Rawatib Qobliyah Subuh Serta Anjuran Ayat Al Quran Tidak Panjang

Buku tersebut dihadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.

Tradisi Maulid Nabi Hingga Sekarang

Sejak peringatan Maulid Nabi pertama kali itu, tradisi Maulid Nabi dilakukan oleh sebagian umat Islam hingga sekarang.

Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian.

Adapun ulama tersebut adalah:

- Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H),

- Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H),

- Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H),

- Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H),

- SyeIkh Ibn Hajar Al-Haitami (w. 974 H),

- Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H),

- Al-Imam Al-Izz ibn Abd Al-Salam (w. 660 H),

- Mantan mufti Mesir, Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H),

- Mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H).

Kemudian, perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi umat Islam setiap bulan Rabiul Awal bagi generasi umat Islam dari masa ke masa.

Selain pendapat pertama tentang perayaan pertama oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut, ada juga pihak lain yang mengatakan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi.

Sultan Salahuddin merayakan Maulid Nabi untuk membangkitkan semangat umat islam pada masa Perang Salib.

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ

Artinya:

“Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”[2]

Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ

Artinya:

“Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.”[3]

Sumber lain mengatakan perayaan Maulid pertama kali diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah.

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved