Harga Bitcoin Hari Ini
Harga Bitcoin Terus Melejit Per 12 Oktober 2021, Hari Ini Tembus Rp 824 Juta
Hari ini, Selasa (12/10/2021), aset kripto paling populer itu sudah menembus level Rp 824 juta atau kisaran US$ 58.000 per keping.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Harga Bitcoin masih melanjutkan tren penguatan. Hari ini, Selasa (12/10/2021), aset kripto paling populer itu sudah menembus level Rp 824 juta atau kisaran US$ 58.000 per keping.
Penguatan crypto currency ini seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor dan adanya sejumlah sentimen positif yang menguatkan.
Dilansir dari kompas.com, CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, harga Bitcoin sempat menembus harga Rp 824 juta, dengan kapitalisasi pasar melebihi 1 triliun dollar AS.
Baca juga: Harga Bitcoin 11 Oktober 2021, Tembus di Level 56.000 US$ Menuju 60.000 US$
Baca juga: Harga Bitcoin Hari Ini US$53.960 Usai Sentuh US$ 55.000, Diprediksi Tembus US$ 100.000 Akhir Tahun
Menurutnya, penguatan harga tersebut selaras dengan meningkatnya permintaan Bitcoin sejak awal Oktober 2021.
"Semakin banyak orang yang mempercayai kripto sebagai sebuah aset yang layak untuk dimiliki membuat masyarakat makin banyak yang berminat untuk membeli jadi harganya makin menguat," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (12/10/2021), dilansir dari Kompas.com.
September lalu Bitcoin sempat anjlok akibat sentimen kasus Evergrande dan langkah tegas China melarang transaksi kripto.
Namun setelah itu sejumlah sentimen positif mulai bermunculan sejak awal Oktober ini.
Salah satunya terkait Twitter yang segera dapat mengirimkan Bitcoin antara satu pengguna dengan yang lainnya secara instan dan hampir tanpa biaya.
Selain itu, terdapat pernyataan Ketua Securities and Exchange Commission Amerika Serikat Gary Gensler yang menegaskan kembali dukungannya untuk bursa Bitcoin yang akan diinvestasikan dalam kontrak berjangka.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell, dalam sambutannya di depan Kongres memastikan, pihaknya tidak berniat melarang semua aset kripto.

“Hanya butuh waktu satu pekan bagi Bitcoin untuk menunjukkan tajinya dari harga Rp 690 juta ke Rp 824 juta," ujar Oscar.
Dengan terus tumbuhnya jumlah investor aset kripto, Oscar menyebutkan, pihaknya dapat memfasilitasi transaksi aset kripto dengan minimal pembelian mulai dari Rp 10.000.
"Masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir karena Bitcoin dan Indodax sudah memiliki legalitas di Indonesia dan diatur oleh Kementerian Perdagangan dan Badan Pengawas Perdagangan Bursa Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)," ucapnya dilansir kontan.co.id.
Sementara itu dilansir dari kontan.co.id, harga Bitcoin terpantau terus melaju, menembus US$ 57.000 pada Senin (11/10). Kripto tertua di dunia ini mencoba mendobrak level US$ 60.000
Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Senin pukul 21.48 WIB ada di US$ 57.561,33 atau naik 4,28% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.
Posisi harga Bitcoin itu merupakan level tertinggi sejak pertengahan Mei lalu, sekaligus memperpanjang reli dua minggu berturut-turut.
Sepanjang pekan lalu, harga Bitcoin naik 13%, mencatat kenaikan mingguan dua digit berturut-turut. Kripto ini menuju level tertinggi sepanjang masa di US$ 64.888,99 yang tercipta April lalu.
Kenaikan harga Bitcoin yang berkelanjutan bisa dikaitkan dengan prospek yang lebih baik dari AS yang menyetujui exchange-traded fund (ETF) Bitcoin berbasis berjangka bulan ini.
“Sentimen positif BTC sebagian didorong oleh ekspektasi persetujuan potensial untuk ETF Bitcoin berbasis berjangka dalam waktu dekat," kata Coinbase Institutional dalam laporannya, seperti dilansir CoinDesk.
"Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kenaikan harga Bitcoin termasuk arus masuk yang berkelanjutan dari investor institusional," sebut Coinbase Institutional.
"Dan, pernyataan Ketua SEC (Komisi Bursa dan Sekuritas AS) Gary Gensler kepada Kongres bahwa lembaganya tidak memiliki rencana untuk melarang kripto,” imbuh Coinbase Institutional.
Baca juga: Harga Bitcoin Hari Ini Tembus US$ 55.000, Naik 34 Persen Sepekan
Baca juga: Harga Bitcoin 27 September 2021 Naik Tipis, Simak Harga Mata Uang Kripto Lain
Laporan terbaru yang menyebutkan Soros Foundation mengoleksi Bitcoin dan pengungkapan pembelian BTC oleh Senator AS Cynthia Lummis juga menambah sentimen bullish terhadap kripto tertua di dunia itu.
Inilah Uang Kripto Prospektif hingga Tahun 2022
Meskipun Bitcoin kian semringah, namun investor diimbau jangan hanya terpaku pada uang kripto Bitcoin, Ethereum, Dogecoin atau Shiba Inu yang populer.
Dilansir dari kontan.co.id, hingga akhir tahun 2021, analis prediksi satu uang kripto yang bakal menghasilkan cuan paling besar, yakni Solana (SOL).
Uang kripto Shiba Inu memang moncer belakangan ini setelah kicauan CEO Tesla, Elonk Musk di Twitter. Pada perdagangan Selasa 12 Oktober 2021 pukul 07.53 WIB, Coinmarketcap.com mencatat harga kripto Shiba Inu US$ 0,00002983, naik 173% dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Namun pesona Shiba Inu masih kalah mentereng dibandingkan uang kripto Solana (SOL). Merujuk CoinMarketCap, secara year to date (ytd) Solana sudah mencatatkan kenaikan lebih dari 9.900%.
CEO Digitalexchange.com, Duwi Sudarto Putra, melihat kekuatan SOL didukung oleh blockchain Solana, yang digadang-gadang sebagai “pembunuh Ethereum”, karena biaya transaksi yang rendah dan kecepatan yang tinggi.
Menurutnya Solana adalah proyek open source yang sangat fungsional, dan menggunakan teknologi blockchain untuk menyediakan solusi keuangan terdesentralisasi (DeFi) serta NFT yang populer. “Protokol Solana dirancang untuk memfasilitasi pembuatan aplikasi terdesentralisasi (DApp),” tambah Duwi kepada Kontan, Senin (11/10).
Duwi juga menjelaskan mengenai teknologi proof-of-history (PoH) dari Solana, yang memungkinkan setiap transaksi dapat membuat riwayat catatan bukti suatu kejadian selama periode waktu tertentu. “Persis seperti metode pencarian data pada sistem m-banking yang menghimpun riwayat transaksi di rekening bank,” katanya.

PoH ini menurutnya hanya memverifikasi transaksi dari data sebelumnya yang sudah berlangsung tanpa memeriksa keseluruhan data, sehingga membuat kinerja Solana lebih cepat efisien, serta mampu memproses lebih banyak lagi transaksi.
Menarik atau tidaknya aset ini, menurutnya perlu untuk kembali ke hukum pasar supply and demand, selain itu juga perlu dilihat dari manfaat teknologi kripto tersebut. Ketahanan teknologinya sendiri menurutnya menjadi perlu diperhatikan dalam kasus Solana ini.
“Sifat kripto yang sangat fluktuatif sangat dipengaruhi oleh sentimen dan supply demand, jika ingin terjun dan investasi di kripto hal yang harus di perhatikan adalah pastinya menggunakan dana yang aman dan bijak dan pastikan buy on rumour dan sell on news atau bisa juga membeli di harga rendah jual di harga tinggi,” pungkas Duwi.
Baca juga: Harga Bitcoin Hari Ini Rontok di 48.052 Dollar AS, Begini Nasib Beberapa Uang Kripto Lain
Baca juga: Harga Bitcoin Masih Nangkring di US$43.199, Simak Daftar Uang Kripto Paling Cuan
Secara teknikal, ia melihat support Solana berada di angka US$ 145, US$ 140, dan US$ 135 per SOL. Untuk resistance, ia melihat Solana akan bergerak di US$ 152, US$ 158, dan US$ 163 per SOL.
Merujuk CoinMarketCap, Solana saat ini menjadi salah satu aset kripto dengan kapitalisasi terbesar, mencapai US$ 45,50 miliar. (Kompas.com/Kontan.co.id).