Wabah Corona
Covid-19 Singapura Mengganas, Sehari Tambah 5.000 Kasus, Indonesia Waspada
Covid-19 Singapura mengganas lagi. Dalam sehari, tercatat kasus terkonfirmasi positif virus corona mencapai 5.000. Indonesia pun waspada
BANJARMASINPOST.CO.ID, SINGAPURA - Covid-19 Singapura mengganas lagi. Dalam sehari, tercatat kasus terkonfirmasi positif virus corona mencapai 5.000.
Sebagai negara tetangga, Indonesia pun patut waspada dan menjadikan wabah corona di Singapura sebagai pembelajaran.
Sebab, kondisi geografis Singapura dan Indonesia yang sangat dekat, dan banyaknya warga negara Indonesia ( WNI) yang kerap bepergian ke negeri Singa itu.
Diberitakan Kompas.com, gelombang ke-6 pandemi di negara itu yang berkecamuk sejak 23 Agustus semakin mengganas.
Kemarin, Rabu (27/10/2021), Singapura memecahkan rekor kasus harian. Lebih dari 5000 kasus tercatat dalam sehari.
Baca juga: BREAKING NEWS: Covid-19 Indonesia 26 Oktober 2021 Tambah 611 Kasus Baru, Sembuh 1.141
Baca juga: UPDATE Covid-19 Dunia 23 Oktober 2021, Indonesia Urutan ke-81 Kasus Aktif Covid-19
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) melaporkan sebanyak 5.324 kasus baru yang terdiri dari 4.651 infeksi lokal, 661 dari asrama pekerja asing, dan 12 kasus impor.
Sejumlah 728 kasus atau 13,67 persen adalah warga lanjut usia (lansia) berumur di atas 60 tahun.
Angka ini melonjak tajam dari hari sebelumnya yang mencatatkan 3.277 kasus.
Menanggapi melesatnya kasus, MOH menyatakan angka ini tidak lazim. Banyak kasus baru terdeteksi pada Rabu siang.
Kementerian akan memonitor secara intensif laju kasus Covid-19 dalam beberapa hari ke depan. Demikian seperti dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Covid-19 di Singapura Mengganas, dalam Sehari Bertambah 5 Ribu Kasus!
Angka kematian di Singapura juga tidak kunjung mereda.
Tercatat 10 pasien meninggal dunia kemarin, menambah total jumlah yang meninggal menjadi 349 orang.
Ini adalah hari ke-38 secara berturut-turut Singapura melaporkan kematian karena Covid-19.
Padahal sebelumnya, Singapura adalah salah satu negara di dunia dengan angka kematian terendah.
Hanya dalam waktu 8 pekan, jumlah pasien yang meninggal meroket lebih dari enam kali lipat dari awalnya 55 korban jiwa pada awal September.
