BTalk
BTalk, Persiapan Mental Menghadapi Pernikahan Menurut Galuh Dwinta dari FKG ULM Kalsel
Persiapan utama dalam menikah, menurut Galuh Dwinta Sari dari FKG ULM Kalsel, adalah kematangan psikologis agar tahu yang menjadi tanggung jawabnya.
Penulis: Salmah | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Banyak orang yang mau menikah, namun tak sedikit yang ragu melangkah. Padahal usia sudah cukup matang dan mapan. Begitu bayak pertanyaan tentang persiapan menikah.
Menjawab hal itu, BTalk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja membahasnya secara live, Sabtu (20/11/2021) pukul 16.00 Wita dan bisa disimak ulang di kanal Youtube Banjarmasin Post News Video, Instagram Banjarmasin Post dan Facebook Bpost Online.
Perbincangan menghadirkan narasumber Galuh Dwinta Sari SPsi MPsi, psikolog yang juga dosen dan Koordinator Unit Konseling Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat (FKG ULM) di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, dipandu jurnalis BPost, host Edi Nugroho.
Menurut Galuh, persiapan utama dalam menikah yang pertama adalah kematangan psikologis.
Jadi, tidak berdasar usianya berapa. Sebab, banyak yang sudah dewasa, tapi secara psikologis belum siap menikah. Sebaliknya, ada yang muda, malah sudah siap secara psikologis.
Bisa simak videonya di link ini: https://www.youtube.com/watch?v=VXeDWYREc-Q
Baca juga: BTalk, Tampil Pede Tanpa Ketombe
Baca juga: BTalk : Jony Fink Mulai Kebanjiran Order Kotak Tisu Berbahan Limbah Ulin
“Jadi sebaiknya matang dulu mentalnya agar tahu apa yang menjadi tanggung jawab setelah menikah. Sebab, menikah itu menjalani hidup berdua pasangan. Akan ada konsekuensinya. Berbeda dengan hidup bujangan,” urai dia.
Lanjut Galuh, dalam persiapan menikah, tidak bisa baku misalkan tidak boleh dulu menikah atau silakan saja menikah, karena hal ini kondisional dari masing-masing orang.
Hal kedua dalam persiapan menikah adalah kematangan secara biologis dalam ini kesiapan reproduksi baik yang perempuan maupun laki-lakinya. Sebab, reproduksi terkait organ tubuh untuk mendapatkan keturunan.
“Memang idealnya menikah itu di saat usia 23-25 tahun karena dianggap matang secara fisik atau biologis. Namun perhatikan pula kesiapan mental atau psikologisnya,” jelas Galuh.
Papar Galuh, lelaki secara psikologis banyak pertimbangan karena secara tanggungjawab ia akan menjadi suami yang berperan besar dalam rumah tangga.
Baca juga: BTalk, Hindarkan Anak Terjerumus Pergaulan Bebas
Baca juga: BTalk - Universitas Terbuka Makin Canggih, Kampus yang Sesuai untuk Para Pekerja
Pastinya, hal ini terkait pula kemampuan finansial dalam membiayai kebutuhan rumahtangga dalam jangka panjang.
Kemudian pula secara psikologis harus dapat menerima satu sama lain.
Sebab kalau sudah berumahtangga segala keputusan dalam keluarga kecil itu harus dibicarakan bersama. Bukan kehendak suami saja atau keinginan istri saja.
Termasuk dalam hal tempat tinggal. Setelah menikah apakah tinggal di rumah orangtua atau mertua ataukah sudah punya rumah atau mungkin akan membeli rumah, ini harus dibicarakan dengan penuh pertimbangan.