BTalk

BTalk, Hindarkan Anak Terjerumus Pergaulan Bebas

Dosen UIN Antasari Banjarmasin yang juga psikolog, Yulia Hairina, hadir pada acara BTalk mengenai cara cegah anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

Penulis: Salmah | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/SALMAH SAURIN
Dosen UIN Antasari Banjarmasin yang juga psikolog, Yulia Hairina MPsi, hadir pada acara BTalk mengenai cara mencegah anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, dipandu Jurnalis Banjarmasin Post, Anjar Wulandari, Sabtu (13/11/2021). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tidak sedikit remaja bahkan pelajar melakukan pergaulan bebas.

Ini selayaknya menjadi perhatian orangtua. Bagaimana seharusnya orangtua bersikap agar anak tak terjerumus pergaulan bebas.

Mengenai pergaulan bebas ini, dibahas pada program BTalk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja, Sabtu 13 November 2021 pukul 16.00 Wita.

Hadir narasumber yang berkompeten di bidangnya, yaitu Yulia Hairina MPsi, psikolog yang juga   dosen UIN Antasari Banjarmasin.

Acara dipandu Jurnalis Banjarmasin Post, Anjar Wulandari, ini ditayangkan live dan bisa disimak ulang di kanal Youtube Banjarmasin News Video, Instagram Banjarmasin Post dan Facebook BPost Online.

Baca juga: BTalk - Universitas Terbuka Makin Canggih, Kampus yang Sesuai untuk Para Pekerja

Baca juga: VIDEO BTalk, Cegah dan Atasi Asam Urat Diuraikan Wadir RS Islam Banjarmasin dr Meldy

Dikatakan psikolog Yulia Hairina, pergaulan bebas di kalangan anak muda memang sebuah fenomena yang selalu ada dari waktu ke waktu. Bahkan di masa pandemi ini pergaulan bebas masih marak.

"Sebagaimana hasil riset menunjukan bahwa selama pandemi Covid-19 tetap marak pergaulan bebas," ujarnya.

Secara definisi, ujar Yulia, pergaulan bebas itu identik pada pergaulan remaja yang menyimpang. Tak hanya seks bebas, tapi juga prilaku di luar kewajaran, melanggar aturan agama dan sosial.

"Bergaul dalam kehidupan malam, dugem, narkoba yang merupakan adaptasi budaya barat. Padahal secara budaya jelas beda," jelas Yulia.

Ironisnya, saat ini pergaulan bebas juga sudah menambah anak-anak. Sebab itu orangtua perlu mewaspadai dan mengalami anak saat ia sudah kelas 6 SD, karena ini masa transisi dari masa anak-anak anak ke remaja.

Pergaulan bebas jadi tema diskusi dengan dosen UIN Antasari Banjarmasin yang juga psikolog, Yulia Hairina MPsi, pada acara BTalk, Sabtu (13/11/2021).
Pergaulan bebas jadi tema diskusi dengan dosen UIN Antasari Banjarmasin yang juga psikolog, Yulia Hairina MPsi, pada acara BTalk, Sabtu (13/11/2021). (BANJARMASINPOST.CO.ID/SALMAH SAURIN)

Faktor penyebab anak terjerumus pergaulan bebas itu sangat kompleks. Bisa karena kondisi psikologis remaja yang dalam masa pencarian identitas diri.

Bisa pula karena faktor lingkungan pergaulan. Bisa pula karena masalah dalam keluarga. Keluarga tidak harmonis sehingga anak menjadi broken home dam mencari perhatian kasih sayang di luar rumah.

Selain itu, faktor lain adalah soal gadget yang terkoneksi internet. Banyak hal yang memengaruhi gaya hidup anak apalagi hal yang berbau pornografi.

Menurut Yulia, orangtua harus bentengi anak sejak dini bahkan sejak dalam kandungan dengan mendoakan anak. Kemudian saat anak sudah kelas 3-4 SD mulai harus diamati tingkat lakunya.

"Fondasi agama yang kuat adalah modal utama membentengi anak. Dengan iman dan takwa, maka Insya Allah anak akan terlindungi dan punya prilaku terpuji," jelas psikolog Yulia Hairina.

Baca juga: BTalk - Membiasakan Anak Disiplin Tanpa Paksaan

Baca juga: BTalk, Tips Dosen Ilmu Gizi Stikes Husada Borneo Kalsel Ini Mengenai Gizi Seimbang

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved