Harga Bitcoin Hari Ini
Imbas Rencana China Berangus Uang Kripto, Harga Bitcoin Hari Ini 23 November 2021 Terpuruk
Harga mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu, Binance Coin kembali melemah pada perdagangan hari ini, Selasa 23 November 2021
Dilarang demi netralitas karbon 2060
Kekhawatiran China soal keberadaan Bitcoin dkk. ini sebenarnya telah muncul sejak 2017 silam. Ketika itu, China melakukan operasi pembubaran kegiatan menukaran mata uang dan jual-beli koin virtual, karena dikategorikan sebagai "kegiatan sia-sia".
Pada 2019, China juga melarang bursa mata uang kripto dan initial coin offering. Akan tetapi warga negaranya masih belum dilarang menyimpan cryptocurrency. Alhasil, saat itu China masih menjadi pusat penambangan cryptocurrency global. China disebut menyumbang lebih dari 75 persen penambangan Bitcoin di seluruh dunia, menurut penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Nature Communications pada bulan April 2021.
Baca juga: Kalsel Job Fair Online Mulai Dibuka Hari Ini, Ada 562 Lowongan Pekerjaan dari 51 Perusahaan
Seiring dengan berjalannya waktu, China semakin resah dengan keberadaan cryptocurrency dan memutuskan mengambil tindakan tegas yang semakin masif pada industri ini mulai Mei 2021 lalu.
Salah satu faktor penyebab tindakan tegas dari China itu ialah karena misi nol karbon di Negeri Tirai Bambu. Presiden China, Xi Jinping sendiri telah menargetkan mencapai puncak emisi karbon dioksida pada 2030, dan mencapai netralitas karbon pada 2060.
Penambangan mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dkk dianggap dapat menjadi batu ganjalan besar untuk mencapai misi tersebut. Sebab, dalam proses penambangan, dibutuhkan rangkaian hardware berupa komputer bertenaga besar dan sumber daya listrik yang tak sedikit pula. Sumber daya yang dibutuhkan dan emisi karbon yang dihasilkan dari penambangan satu keping Bitcoin.
Menurut laporan Bitcoin Energy Consumption Index yang dirilis Digiconomist, proses penambangan satu keping Bitcoin saat ini memakan daya 1.820 kilo Watt per jam (kWh). Angka tersebut diperkirakan setara dengan rata-rata pemakaian listrik rumah tangga di Amerika Serikat (AS) selama 62 hari atau sekitar 2 bulan.

Karena itulah, penambangan Bitcoin telah dituduh menyebabkan peningkatan emisi karbon di China. Dalam jurnal ilmiah Nature Communications yang dipublikasi oleh salah satu akademisi China, disebutkan bahwa Bitcoin dapat menghasilkan 130 juta metrik ton emisi karbon dioksida pada tahun 2024, bila tak ada intervensi kebijakan dari pemerintah.
Perkiraan emisi karbon hasil dari kegiatan penambangan Bitcoin tersebut melebihi total emisi tahunan Venezuela. Melihat konsumsi listrik dan emisi karbon yang ditimbulkan, Meng Wei menyebut penambangan kripto sebagai aktivitas yang sangat berbahaya, serta menjadi ancaman besar bagi Negeri Tirai Bambu untuk mengurangi emisi karbon.
Meng Wei mengatakan, karena itulah China harus "secara ketat mencegah (penambangan cryptocurrency dari) bangkit dari kematian", sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNN.
Selain karena soal lingkungan, China juga tampaknya menganggap cryptocurrency sebagai ancaman di bidang keuangan. Karena sifatnya yang terdesentralisasi (tidak diatur bank), mata uang kripto dinilai dapat digunakan warga China untuk menghindari kontrol nasional yang ketat atas modal.
Baca juga: Harga TBS dan CPO Naik, Petani Sawit di Kalsel Bersyukur
Menurut salah satu ahli strategi Bank Mizuho, tindakan tegas China pada industri cryptocurrency juga diambil untuk melindungi suplai uang dari bank sentral. Regulator disebut "ingin mengamankan suplai uang selalu dari bank sentral, bukan dari cryptocurrency ”, kata Ken Cheung, Kepala Ahli Strategi Foreign Exchange (FX) Asia di Mizuho Bank.
Itulah perkembangan harga uang kripto terbaru seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu dll yang kini dalam tren turun.
Ada 13 pedagang aset kripto yang diakui oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Investasi di aset kripto menjadi populer akhir-akhir ini, seiring dengan tren kenaikan harganya yang cukup signifkan.