Ekonomi dan Bisnis

Abai Warning Ekspor Batu Bara Mentah, Tak Satupun Perusahaan Tambang di Kalsel Bikin Smelter

Abaikan warning pemerintah terkait ekspor Batu Bara mentah, hingga kini tak satupun perusahaan tambang di Kalsel bikin smelter

Penulis: Milna Sari | Editor: Hari Widodo
PT Saptaindra Sejati
Ilustrasi-Kegiatan Jasa Penambangan Batubara 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Larangan pemerintah pusat terkait ekspor batubara dalam bentuk mentah menurut ketua komisi II DPRD Kalsel, Imam Suprastowo bukan baru-baru saja dikeluarkan.

Lantas jika mulai Januari ini ekspor Kalsel sebut akan turun drastis menurutnya itulah yang akan terjadi. 

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terangnya memang harus siap mengalami penurunan pendapatan dari sektor ekspor di 2022 ini jika ketentuan itu benar diberlakukan.

"Ini karena pengusaha batubara yang abai terhadap warning dari Pak Jokowi. Padahal warning itu sudah ada sejak 5 tahun lalu, dan tidak mungkin pengusaha tidak tahu adanya warning itu," ujarnya saat dihubungi Senin (3/1/2022).

Baca juga: Ekspor Batu Bara Mulai Disetop Sebulan, Kemenhub Langsung Tutup Layanan Kapal Bermuatan Batu Bara

Baca juga: Larangan Ekspor Batubara Berlanjut, Dana Bagi Hasil Royalti Kalsel Diprediksi Anjlok

Perusahaan tambang raksasa misalnya Adaro dan Arutmin menurut Imam seharusnya mampu membuat smelter agar Kalsel tetap bisa ekspor batubara. Terlebih keduanya sudah lama bermain di sektor batubara.

Namun, sejak adanya wacana larangan ekspor batubara mentah hingga kini, di Kalsel tak ada satupun perusahaan tambang besar hingga kecil yang membuat smelter.

"Seharusnya dua perusahaan tambang raksasa Adaro dan Arutmin yang buat smelter itu, karena mereka yang ekspor, kalau yang kecil-kecil kan memenuhi kebutuhan batubara dalam negeri misalnya untuk PLN," urainya.

Menurut sekretaris Fraksi PDI-P DPRD Kalsel ini tak ada jalan lain yang bisa dilakukan oleh Pemprov Kalsel untuk menutupi kekurangan pendapatan jika larangan ekspor batubara mentah diterapkan kecuali membuat smelter tersebut.

"Kalau sektor lain yang digenjot untuk menutupi penurunan itu saya rasa sulit," imbuhnya.

Jika pun perusahaan raksasa membangun smelter menurut Imam juga akan kesulitan lantaran hingga kini belum diketahui produk dari smelter yang bisa laku di pasaran. 

Contohnya hasil smelter yang pernah dibuat adalah briket.

Saat ini ungkap Imam, briket batubara untuk pasaran Eropa dan Asia contohnya Jepang dan Korea sudah tidak laku karena negara-negara tersebut telah memilih Wood Pelet yang merupakan energi baru dan terbarukan.

Sektor batubara sendiri kata Imam mendongkrak 11 hingga 13 persen pendapatan Kalimantan Selatan. Ia memprediksi jika Kalsel memang akan kesulitan jika aturan itu diterapkan.

"Bisa juga dari penambang besar yakni Adaro dan Arutmin membangun smelter yang menampung batubara dari penambang lokal," tambah Imam.

Diketahui ekspor Kalsel sangat dimonopoli oleh hasil tambang batubara. Dan salah satu komponen pendorong pertumbuhan ekonomi adalah ekspor selain investasi dan pendukung lainnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved