Berita Kabupaten Banjar
Perajin Perabotan Berharap Jembatan di Astambul Kabupaten Banjar Segera Dibangun
Perajin perabotan dari Desa Pingaran Ilir kesulitan angkut barang untuk dijual di Pasar Bauntung Batuah Martapura karena jembatan gantung putus.
Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Jembatan gantung terputus beberapa wktu lalu di kawasan Desa Pingaran Ilir, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Penyebabnya, Jembatan Pingaran Ilir itu tak kuat menahan sampah bambu yang menggunung dan tersangkut setelah terseret arus sungai dari wilayah hulu.
Dampaknya, menurut warga, Syahrani , dengan putusnya akses jembatan Pingaran Ilir tersebut menghambat pemasaran produknya berupa perabotan rumah tangga dari bahan kayu ulin.
Selama ini, warga Desa Pingaran Ilir tersebut melintas di jembatan itu untuk menuju Kota Martapura memasarkan hasil produknya.
Baca juga: Bupati Banjar Saidi Mansyur Tinjau Jembatan Rusak di Pingaran Ilir Kecamatan Astambul
Baca juga: Pasca Putus Total, Jembatan Pingaran Ilir Kabupaten Banjar Dibongkar, Kayu Ulin Disimpan
"Saat ini sulit karena memutar dan jaraknya lumayan jauh menuju Pasar Bauntung Batuah di Kota Martapura," katanya ditemui Banjarmasinpost.co.id, Minggu (23/1/2022).
Perajin perabotan rumah tangga dari bahan kayu ulin itu terpaksa melintas di Desa Astambul Seberang untuk mengangkut barang.
Syahrani mengaku hasil produk olahannya dipasarkan ke kawasan Pasar Bauntung Batuah Martapura untuk memenuhi pesanan pelanggan. "Terkadang ada juga yang datang ke rumah membeli," katanya.
Dirinya berharap k edepannya, jika pemerintah membongkar jembatan lama, sebaiknya dibuatkan jembatan darurat terlebih dulu agar akses masyarakat tidak terganggu.
Baca juga: Minyak Goreng Satu Harga Rp 14 Ribu Ludes, Disdag Kalsel Minta Warga Tidak Panic Buying
Baca juga: Warga Kabupaten Banjar Ini Berburu Minyak Goreng Satu Harga Sampai ke Banjarbaru
Dia memiliki bengkel kerajinan perabotan rumah tangga berbahan kayu ulin yang kini dikelola putranya, Muhammad Hamdani (22).
Usaha produk kerajinan sudah berjalan selama 10 tahun dan diberi nama Pandawa Lima. Itu karena anak Syahrani, lima lelaki menekuni usaha kerajinan tersebut.
Kerajinan itu di antaranya alat irisan bawang, wancuh atau sendok besar untuk memasak nasi dalam jumlah banyak, cetakan untuk membuat kue atau camilan, rehal atau buku.
(Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid)
