Opini Publik
Bapak Pembangunan dan Intelektual Religius (Mengenang H Muhammad Said)
Di masa Pak Said banyak sekali dibangun bangunan strategis yang masih bisa kita nikmati hingga sekarang.
Sebagai strateginya, Idham tidak lagi berkampanye untuk NU-PPP di Kalsel dan mempersilakan Golkar menjadi pemenang.
Hasilnya pemerintah pusat sangat senang dan tidak ragu lagi menggelontorkan dana pembangunan untuk Kalsel. Sejak itu dan seterusnya sampai hari ini, semua gubernur Kalsel adalah putra-putra terbaik daerah sendiri.
Terlepas dari kontroversi ini, Pak Said memang seorang gubernur yang benar-benar mumpuni. Jabatan beliau dimulai dari nol dan sangat memahami berbagai pekerjaan yang dikerjakan oleh anak buahnya, karena sudah pernah dijalani dalam jabatan-jabatan sebelumnya.
Sebagai insinyur teknik, beliau tahu persis teknis membuat jalan aspal atau bangunan beton sampai ke detil materialnya.
Beliau sangat disiplin, pekerja keras, cerdas, ikhlas, tuntas. Di masa Pak Said banyak sekali dibangun bangunan strategis yang masih bisa kita nikmati hingga sekarang.
Sekadar menyebut diantaranya gedung bundar Sultan Suriansyah, Mahligai Pancasila dan Jembatan Barito.
Intelek dan Religius
Di luar urusan kedinasan, Pak Said seorang pencinta ilmu dan religius. Usai menjadi gubernur beliau rajin menulis, khususnya di Harian BPost ini, juga berupa buku.
Tulisannya enak dibaca oleh generasi muda yang ingin mentransfser ilmu dan pengalaman orang-orang tua, terutama di masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang.
Nuansanya beda, karena berangkat dari pengalaman hidup suka dan duka. Misalnya, Pak Said bersama ayahnya H Bahar dan keluarga besar sudah naik haji tahun 1948, saat usianya kanak-kanak.
Banyak orang Banjar saat itu naik haji sekaligus bertahan untuk bekerja di Saudi. Said dan ayahnya pun ingin seperti itu, namun ibunya memaksa pulang.
Menurut Pak Said, sekiranya ia dan keluarganya jadi tinggal di Saudi, pasti akan menjadi ulama. Seperti beberapa ulama asal Banjar, Syekh Abdul Karim al-Banjari, Syekh Husni Thamrin (Guru Misfalah), dan banyak lagi.
Pengalaman berhaji waktu kecil, saat kota Makkah dan Madinah belum semodern sekarang, terus berkesan pada diri Pak Said. Ia tumbuh besar menjadi orang yang alim.
Menjadi penceramah, khatib dan imam shalat jemaah, bukan asing bagi beliau. Masjid At-Taqwa Banjarmasin biasa menjadi tempat beliau menjadi khatib dan imam shalat Jumat dan hari raya.
Selain menjadi Ketua Pembangunan masjid-masjid besar seperti Sabilal Muhtadin, Pak Said juga bersedia ikut membina masjid-masjid yang relatif kecil.