Ekonomi dan Bisnis
UMKM di Kabupaten HST Mulai Bangkit, Perajin Keluhkan Mahalnya Biaya Label Halal
Biaya untuk label halal yang dikeluarkan pelaku UMKM Kabupaten HST di kisaran Rp 3,5 juta per unit usaha, berlaku selama 4 tahun, dinilai kemahalan.
Penulis: Hanani | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKKM) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), mulai bangkit dari keterpurukan selama pandemi covid-19.
Sejak pandemi mereda, para perajin khususnya produk makanan olahan kembali bersemangat merintis dan mengembangkan usahanya. Bahkan beberapa dari mereka berhasil menembus ritel modern di Kota Banjarmasin.
Namun, masih banyak perajin yang kesulitan memenuhi label halal dari MUI karena mahalnya biaya tersebut.
“Memang ada bantuan dari pemerintah kabupaten dan Pemprov Kalsel untuk biaya tersebut, tapi sangat terbatas. Satu tahun kalau tidak salah paling banyak untuk 10 UKM. Jadi harus menunggu giliran mendapat bantuan tersebut,” kata Vera Mustika, perajin keripik pare kepada Banjarmasinpost.co.id.
Baca juga: VIDEO Mempelai Pengantin Naik Naga Diarak Warga, Tradisi Perkawinan Warga HST
Baca juga: Pencarian Nelayan Tenggelam di Sungai Loban Kalsel Dihentikan Sementara Akibat Cuaca Buruk
DIjelaskan, meski sudah memiliki Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), maupun izin dari DInkes atau BPOM, jika belum memiliki label halal, tidak bisa memasarkan produk lebih luas seperti ke ritel modern.
Adapun biaya untuk label halal, kata Vera di kisaran Rp 3,5 juta per unit usaha, berlaku selama 4 tahun.
Diapun berharap makin banyak UMKM yang dibantu Pemkab HST maupun Pemprov Kalsel agar pelaku UKM yang masih merintis usahanya bisa berkembang.
Dijelaskan, selama ini mereka sudah mendapatkan dukungan Pemkab HST maupun Pemprov Kalsel dalam untuk memperuas pemasaran produk.
Baca juga: Dua Titik Longsor Bikin Jalan di Desa Pagat HST Menyempit, Pengendara Diimbau Waspada
Baca juga: Satu Orang Hilang Setelah Kapal Nelayan Tabrakan dengan LCT di Sungai Loban Kalsel
Termasuk ke ritel hingga ke mal dan pusat oleh-oleh makanan khas Kalsel di Bandara Internasional Syamsudin Noor.
Mereka, khususnya yang tergabung dalam anggota Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) HST juga didorong untuk terus mempromosikan produk melalui kegiatan pemerintahan maupun pariwisata.
“Alhamdulillah kami juga didukung untuk mempromosikan dan menjual langsung produk melalui ajang Car Free Day di Barabai, tiap MInggu pagi. Cukup efektif mengenalkan produk kami,” kata Tuti Isnani, perajin usaha keripik talas atau keladi.
(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)
