Ekonomis dan Bisnis

Minyak Goreng di Kalsel Kian Langka, Di Pasar hingga Retail Modern Selalu Habis

Minyak goreng di Kalsel sudah menjadi barang yang langka. Di pasar hingga retail modern juga selalu habis. 

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/stanislaus Sene
Stok minyak goreng habis di salah satu ritel modern di Tapin, Rabu (2/2/2022). 

BANJARMASINBPOST, BANJARMASIN - Minyak goreng di Kalsel sudah menjadi barang yang langka. Di pasar tradisional hingga retail modern juga selalu habis. 

Nurul, warga di Loktabat mengaku sulit dan selalu habis jika mau belanja ke indomaret. "Pasti habis terus," cetusnya. 

Bukan hanya di Banjarbaru, menurut Saleh penjual minyak goreng di pasar lima Banjarmasin mengaku sulit mencari minyak goreng ini stoknya.

" Sales nya kadang ada bawa barang, kadang tidak ada. Kalau Bawa paling 3 dus. Jadi memang langsung habis dibeli warga. Jadi makin tak lancar pengiriman, " jelas Saleh. 

Baca juga: Operasi Pasar Minyak Goreng, 1.200 Liter Dipersiapkan untuk Warga Landasan Ulin Timur Banjarbaru

Baca juga: Kalimantan Selatan Kedatangan 1.700 Ton Minyak Goreng

Baca juga: Turunkan Tim Monitoring Ketersediaan Minyak Goreng di Kalsel, Ombudsmen Temukan Fakta Ini

Kondisi di Indogrosir juga masih ada stok. Namun memang tidak seperti sebelumnya pengiriman dari distributor. Dijual dengan harga HET Rp 14 ribu per liter. 

"Sementara ini belum melimpah, masih belum full dikirim suplier," jelas Member Service Manager Indogrosir Banjarmasin, Sugeng Priyanto. 

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Kadisdag Kalsel, Birhasani menjelaskan untuk kondisi minyak goreng di Kalsel, untuk stok ada saja, namun stoknya mulai munurun. 

"Langka sih tidak, namun pasokannya jauh menurun. Dipasar pasar jika kita tanya berapa punya, mereka pasti jawab sedikit. Dapat dari sales paling banyak lima dus dapat," kata Birhasani. 

Kondisi ini, sambung Birhasani, terjadi karena ditingkat distributor juga stoknya mengalami penurunan signifikan

"Distributor sudah tidak banyak mereka dapat suplai. Bahkan distributor sudah pesan barangnya juga datang tidak menentu, dan bahkan tidak dipenuhi sesuai permintaan distributor kepada produsen. Misalnya distributor minta 1000 dos ini yang datang 500 dos sehingga distributor menyalurkan ke pedagang di pasar juga berkurang," cerita Birhasani. 

Bahkan, terbaru mulai sudah ada di beberapa produsen yang tidak produksi minyak goreng dalam waktu seminggu. 

Masalahnya, rantai pasokan Crude Palm Oil (CPO) belum normal. Karena awal tahun kemarin, pemerintah menerapkan kebijakan eskpor Domestic Market Obligation (DMO) dimana Perusahaan ekspor wajib menyisihkan sawit 20 persen sebelum mereka ekspor.

"Dan harga 20 persen yang disisikan itu diterapkan Domestic Price Obligation (DPO) , dimana Perusahaan Wajib menjual harga CPO ketentuan pemerintah yakni dengan harga Rp 9.300. Padahal jika diekspor harga 40 15 ribu. Sehingga terjadi gap antara pemerintah dengan perusahaan CPO," tutur Birhasani. 

Karena itu pula, lanjut Birhasani, ekspor CPO juga melambat karena persyaratan izin ekspor belum keluar sebelum dokumen DMO tersebut keluar. 

Antisipasinya, dari Disdag Kalsel, yakni mencarikan tempat-tempat pembelian dari distributor sebanyak banyaknya untuk dialihkan ke Kalsel. 

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved