Ekonomi dan Bisnis
Masih di Kisaran Rp 18 Ribu, Warga HST Kalsel Keluhkan Harga Minyak Goreng Tak Kunjung Normal
Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalsel mengeluhkan harga minyak goreng di pasaran yang tak kunjung normal.
Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalsel mengeluhkan harga minyak goreng di pasaran yang tak kunjung normal.
Sampai sekarang, harga minyak goreng di HST Kalsel masih dikisaran Rp 16 ribu hingga Rp 18 ribu untuk kemasan premium.
Mereka yang merasakan dampak masih mahalnya harga minyak goreng kemasan tersebut khususnya pemilik warung makan sederhana.
“Sampai sekarang kami tak pernah membeli dengan harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah Rp 14.000. Yang ada masih di kisaran Rp 16 ribu sampai Rp 18 ribu untuk merek tertentu,”ungkap pemilik warung makan Ajai di kelurahan Bukat.
Baca juga: Belanja Rp 100 Ribu Jadi Syarat Menebus Minyak Goreng, Mini Market di Sekumpul Disidak Disperindag
Baca juga: VIDEO Pasokan Minyak Goreng Murah Tiba di Pasar Tradisional Pelaihari, Begini Antusias Warga
Baca juga: Stok 1.200 Liter Minyak Goreng Ludes Dibeli Warga Guntung Manggis Kota Banjarbaru
Menurut Ajai, meski harga minyak goreng masih mahal, dia tak bisa menaikkan harga makanan karena tak tega pada pelanggan.
“Terpaksa prinsip kami dapat untung tipis, tapi pelanggan tetap ke warung kami,”kata Ajai yang menyediakan aneka menu ikan dan ayam goreng, ikan bakar hingga anek sayuran tumis.
Menurutnya, penggunaan minyak goreng tak bisa dihindari, karena selera pelanggan berbeda-beda.
“Tidak semua pelanggan yang makan di tempat kami suka ikan bakar atau pepes. Jadi harus menyediakan pula ikan dan ayam goreng,”katanya.
Hal sama dirasakan Zidan, pemilik Kedai D’ wins di Jalan Brigjend H Hasan Baseri.
Menurutnya, toko-toko di pasar Barabai tak ada yang menjual minyak goreng dengan harga standar pemerintah tersebut.
“Alasannya sama seperti sebelumnya, mereka pemilik toko di pasar masih sulit mendapatkan stok. Dan pembelian pun masih sistem bundling, dimana jika membeli satu atau dua dos minyak goreng harus membeli barang lainnya, seperti satu dos garam atau kecap,”ungkap Zidan.
Menurut Zidan, untuk barang sebenarnya tidak langka.
Hanya saja harganya masih mahal termasuk di mini market.
Sementara itu, pemilik kios di Desa Bawan, Hj Rusnah mengatakan tak bisa menjual dengan harga pemerintah karena membeli di toko sudah dengan harga tinggi pula.
“Beli Rp 17 ribu per liter, dijual terpaksa Rp 18.000,”kata Hj Rusnah.
Sebelumnya, Dinas Perdagangan HST melakukan sidak 16 Februari 2022 lalu, dan mengingatkan pedagang, agar tak membeli stok antar pedagang.
Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UMKM Sahruli mengimbau warga membeli di pedagang grosir atau distributor langsung.
Kepada pihak distributor juga diminta agar tak hanya memasok ke toko grosir, tapi juga langsung ke toko-toko di pasar Keramat Barabai.
Baca juga: Minyak Goreng di Kalsel Kian Langka, Di Pasar hingga Retail Modern Selalu Habis
Baca juga: BTalk : Harga Minyak Goreng Bikin Emak-emak Menjerit, Begini Respons Hj Aida Muslimah
“Kepada pedagang besar atau grosir, agar berbagi keuntungan dengan pedagang eceran. Dengan menjual dengan harga standar, pedagang kecil masih bisa mengikuti HET Pemerintah, Rp 14.000 per liter,”kata Sahruli.
Sementara, pedagang grosir beralasan belum bisa menjual dengan harga lebih murah karena pasokan dari distributor sendiri terbatas. (banjarmasinpost.co.id/hanani)