Ekonomi dan Bisnis
Harga Pupuk Non Subsidi Mahal dan Langka, Petani Banjar Kalsel Pilih Tidak Pakai Pupuk
Petani di Kalsel mengeluhkan harga pupuk non subsidi yang mahal dan sulit didapat. Mereka terpaksa menanam tanpa pupuk
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Petani di Kalsel mengeluhkan harga pupuk non subsidi yang naik tajam hingga 100 persen.
Petani di Desa Sungai Alang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan misalnya, saat ini kesulitan mendapatkan pupuk untuk padi mereka.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sungai Alang, Rawin mengatakan, sulitnya mendapatkan pupuk membuat para petani di sana memilih untuk tidak menggunakannya.
"Sudah beberapa tahun petani menanam seadanya, tanpa menggunakan pupuk. Karena mahal dan susah mencarinya," kata dia.
Baca juga: Harga Pupuk Naik di Kalsel, Fakultas Pertanian ULM Minta Pengawasan Ketat pada Distribusi
Baca juga: Petani di Kabupaten Hulu Sungai Utara Berharap Harga Pupuk dan Herbisida Segera Turun
Baca juga: Harga Pupuk Mahal Bikin Gusar, Petani di Banjarbaru Berharap Pemerintah Bantu Supaya Murah
Mengapa tanpa menggunakan pupuk, dia menyampaikan, padi yang tumbuh di sawah mereka kualitasnya di bawah standar.
"Bulirnya sedikit dan kecil-kecil. Sehingga produksi petani tidak maksimal," katanya.
Rawin menambahkan, selain di desa mereka, petani di daerah lain juga memilih untuk tidak menggunakan pupuk.
"Di daerah lain juga sama. Saya tanya teman yang di Kecamatan Gambut, juga sama. Katanya pupuk langka," tambahnya.
Dia menyebut, pupuk langka justru yang non subsidi. Kalau pupuk subsidi petani masih bisa mendapatkannya. Hanya saja harus menunggu cukup lama.
"Jadi kalau mau mendapatkan pupuk subsidi harus mengajukan dulu ke distributor. Setelah itu kita menunggu kedatangan barangnya," sebutnya.
Soal harga, pupuk subsidi ujar Rawin, di kisaran Rp122 ribu per sak dari sebelumnya puluh ribu saja.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan Syamsir Rahman tak menampik pupuk di Kalsel harganya mahal dan langka.
"Pupuk kita non subsidi sangat mahal sekarang. Alokasi yang diberikan oleh pemerintah untuk pupuk bersubsidi juga sangat terbatas," katanya.
Kalau pun ada pupuk bersubsidi di lapangan, menurutnya stoknya akan cepat habis. Lantaran beda harga antara pupuk bersubsidi dan non subsidi sangat jauh. "Bedanya sekitar Rp100 ribu," ujarnya.
Peminat pupuk ujar Syamsir sangat tinggi, sehingga sektor tanaman pangan banyak yang tidak kebagian. "Ini suatu problema yang menyebabkan produksi padi turun," paparnya.
Baca juga: Meski Murah, Petani Keluhkan Kualitas Pupuk Subsidi
Tingginya peminat pupuk kimia ujar dia, harus diubah ke pupuk hayati yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran. Tapi produktivitas masih bersaing.
"Karena yang kimia pupuknya tidak ada. Juga menjadi beban tanah memikul kimiawi," ujarnya. (banjarmasinpost.co.id/nurholis huda)
