Ekonomi dan Bisnis
Harga Pupuk Mahal Bikin Gusar, Petani di Banjarbaru Berharap Pemerintah Bantu Supaya Murah
Kenaikan harga pupuk hingga dinilai sangat kemahalan membuat gusar petani di Kota Banjarbaru dan berharap pemerintah membantu supaya jadi lebih murah.
Penulis: Siti Bulkis | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Naiknya Harga pupuk membuat para petani gusar, tidak terkecuali Sagim dan Muhammad Said di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sepengetahuan Sagim, Ketua Kelompok Tani Budi Rahayu, harga pupuk NPK non subsidi sekarang capai Rp 800 ribu, sebelumnya sekitar Rp 450 sampai 600 ribu.
Kemudian, phonska plus yang sebelumnya sekitar Rp 180 ribu sekarang Rp 300 ribu dan bahkan obat rumput yang biasanya Rp 45 ribu sekarang naik hingga Rp 100 ribuan.
Kenaikan pupuk non subsidi ini, kata Sagim, naiknya dua kali lipat. Sementara pupuk subsidi naik tetapi tidak seberapa.
Keduanya yang sama-sama tidak hanya petani buah melon, tetapi juga lombok, kacang panjang dan lainnya, merasa sangat mengeluhkan dengan naiknya harga pupuk tersebut.
Baca juga: Curanmor di Kalsel - Tak Kapok Masuk Sel, Warga Banjarbaru Curi Motor yang Parkir di Samping Rumah
Baca juga: Ajukan Judicial Review, Wali Kota Banjarmasin Berharap Dukungan DPRD Terkait UU Provinsi Kalsel
Untuk menyiasati mahalnya pupuk, mengaku, mengurangi jumlah pupuk organik dan kemudian didampingi kimia untuk mensiasati mahalnya harga pupuk.
"Jadi, tidak hanya pupuk organik, tetapi ditambahkan pula bantuan kimia untuk membantu lebih memaksimalkannya," kata Sagim, Ketua Kelompok Tani Budi Rahayu di Banjarbaru, Rabu (23/03/2022).
Selain itu, apabila hanya menggunakan pupuk organik saja, sambungnya, bisa tetapi hasilnya kurang maksimal dan lambat.
Sagim menyebut, untuk pupuk yang diperlukan seperti buah melon relatif, pabila standar bisa setengah kilo pupuk untuk 200 batang kalau mengirit.
Hal tersebut pun diiyakan petani, Said. Ditambahkan Said, beda pabila pertanian kita ini terpencil dari yang lain bisa organik, tetapi hasilnya tetap kurang maksimal.
Baca juga: Jaksa KPK: Berkas Perkara Dugaan Korupsi Bupati HSU Nonaktif Abdul Wahid Akan Dilimpahkan
Baca juga: Jaksa KPK Pertimbangkan Maliki Jadi Justice Collaborator di Kasus Korupsi Kabupaten HSU Kalsel
Dan, naiknya harga pupuk ini tentunya sangat membawa dampak seperti pendapatan menjadi kurang dan modal pun menjadi membengkak.
"Petani inikan belum pasti panennya dan apabila panen pun harganya belum jelas, tapi pupuk dan obatnya pasti naik, tidak pernah turun," jelas Said.
Kenaikan harga ini menurut keduanya sudah sekitar tiga bulanan. Harapannya, pemerintah turun tangan membantu agar harga pupuk lebhi murah. "Harganya terlalu tinggi. Kami sangat dirugikan," ujar Sagim dan kembali diiyakan Said.
Selama ini para petani ini biasanya mendapatkan pupuk di Toko Tani Agung tempat dimana kelompoknya mengambil pupuk.
Namun, dirinya mengeluhkan di Toko Tani Agung jarang ada pupuk subsidi yang adanya non subsidi, seperti NPK 16 16 16.
