Berita Tanahlaut
Petani Ujungbatu Kabupaten Tanahlaut Keluhkan Lahan Tak Bisa Lagi Ditanami, Ini Dugaan Penyebabnya
Lahan pertanian di Desa Ujungbatu Tanahlaut tak lagi bisa ditanami diduga terdampak adanya perkebunan kelapa sawit yang masuk ke wilayah itu.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Usaha tani padi warga Desa Ujungbatu, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), tersendat.
Hamparan lahan pertanian setempat kini tak bisa lagi ditanami.
Penuturan sejumlah warga setempat, Jumat (15/7/2022), lahan persawahan yang tak bisa ditanami tersebut terletak di lingkungan RT 5 dan 6.
Luasannya sekitar 300 hektare.
Baca juga: BUMDes di Tanahlaut Olah Buah Rambai Jadi Sirup, Orang Jakarta Pernah Membeli
Baca juga: Sandang Predikat Pemuda Pelopor Tanahlaut, Warga Kandanganlama Ini Tetap Fokus Produksi Cobek Ulin
Mereka menduga hal tersebut terdampak adanya perkebunan kelapa sawit yang sejak beberapa tahun silam masuk ke wilayah setempat.
Pembuatan kanal-kanal oleh perusahaan berimbas terhadap berubahnya tata air alami di Ujungbatu.
Efeknya saat musim kemarau air di persawahan setempat menjadi cepat mengering.
Sebaliknya ketika musim penghujan menjadi berlimpah air hingga menyebabkan area persawahan setempat tenggelam.
Pantauan di lokasi, lahan persawahan di lingkungan RT 5 dan 6 tersebut dipisahkan oleh jalan koridor perusahaan perkebunan sawit.
Di sisi Selatan dan Utara jalan tersebut, hamparan lahan berupa bondong atau gulma.
Baca juga: Hari Ini Jemaah Haji Embarkasi Banjarmasin Dipulangkan, Begini Prosedurnya
Baca juga: Mobil Tenggelam di Sungai Tabalong Bersama 1 Penumpang Belum Ditemukan, Pencarian Gunakan Magnet
Sejak kapan kondisi seperti itu terjadi? "Sudah cukup lama, sejak tahun 2.000-an," sebut Ketua RT 5 Jursani.
Apakah air persawahan setempat menjadi asam? "Tidak. Kendala yang sekarang dihadapi petani di kampung kami karena air menjadi sulit diatur. Cepat kering saat musim kemarau dan cepat banjir kalau musim hujan," sebutnya.
Jursani mengatakan petani di kampungnya berharap pemerintah daerah turun tangan guna mengatasi kendala tersebut.
Pasalnya bercocok tanam padi merupakan sumber penghasilan penting bagi petani di Ujungbatu.
"Kami tidak menolak adanya perusahaan. Tapi, bagaimana agar dua-duanya bisa tetap jalan. Kegiatan perusahaan jalan dan petani pun juga tetap bisa bercocok tanam padi," tandasnya.
(banjarmasinpost.co.id/roy)
