Kampusiana
Hanya Lulusan SMP, Begini Kusno Beri Materi Pembuatan Kompos Saat Mahasiswa ULM KKN ke Wonorejo
Mahasiswa Fakultas Pertanian ULM melaksankan KKN-Kedaireka di Desa Wonorejo Tanbu. Hari ini, para mahasiswa menyelenggarakan praktik pembuatan kompos
BANJARMASINPOST.CO.ID - Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM) pada rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Kerjasama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (KKN-Kedaireka) di Desa Wonorejo, Kecamatan Satui, Tanah Bumbu melaksanakan praktik pembuatan pupuk kompos.
Dibimbing langsung dosen Nurul Huda SSI MSI, Kegiatan praktik pembuatan kompos yang diselenggarakan oleh 22 mahasiswa dari kelompok 43 di Desa Wonorejo, bekerja sama dengan warga dalam pelaksanaanya. Salah satunya adalah Kusno sebagai pemateri.
Walaupun Kusno hanyalah seorang lulusan SMP, namun kebiasaannya untuk melakukan pengomposan dan bertani hortikultura secara otodidak menjadikannya mahir dalam kegiatan ini. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para warga baik itu perwakilan ketua RT ataupun Kelompok Tani.
Pengomposan adalah teknik pencampuran sampah dapur atau gulma dengan serbuk kayu atau daun kering yang difermentasi menjadi pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia yang ekonomis, mudah dibuat dan ramah lingkungan. Selain itu, kompos juga sangat penting bagi tanaman, lingkungan, dan masyarakat karena mampu memperbaiki sifat fisik kimia tanah.
Baca juga: KKN Ke Wonorejo Tanbu, Mahasiswa Pertanian ULM Belajar Penerapan Electric Pen Berbasis Kelompok Tani
Baca juga: Kelompok 1 KKN Mahasiswa ULM Beri Penyuluhan Daging ASUH ke Masyarakat Teluk Dalam Banjarmasin
Proses pembuatan kompos dimulai dengan mencacah rerumputan hingga ukurannya kecil dan campurkan dengan daun kering. Lalu, campurkan air cucian beras dengan EM4 dan gula merah cair.
“Bahan yang semakin halus, semakin bagus karena cepat terurai. Asal organik dan sudah busuk maka sudah bisa digunakan. Pemberian air dan gula merah, berfungsi untuk mengaktifkan bakteri yang tidur (belum aktif) itu” ungkap Kusno tanpa kagok menjelaskan para mahasiswa dan warganya.
Setelah semua bahan siap, campuran gulma basah dan kering yang sudah dicacah, arang yang dihaluskan, kapur dolomit, dedak, serta kohe (kotoran hewan) ayam ras sebanyak dua karung dan tutup dengan terpal hingga rapat.

Menurut Kusno yang juga ketua RT 16 ini, banyak cara dan proses untuk membuat kompos ini. Pada kegiatan ini, dibuat menggunakan kotak dengan tujuan volume yang dihasilkan bisa banyak, sedangkan kalau membuat sekubik dapat diletakkan tempat lega agar proses pembuatannya lebih enak.
"Seminggu sekali dibalik, dan jika kelembapannya berkurang bisa ditambah air” imbuh Kusno.
Menurutnya, proses fermentasi kompos dilakukan tergantung bahan yang digunakan.
Lama tidaknya pembuatan tergantung dengan bahan. Kalau kotoran hewan/ayam itu 45 hari jadi. Kalau ada daun-daun kering dan akar-akaran bisa sampai setengah bulan.
"Kematangan disesuaikan dengan yang ditanam, misal kangkung setengah bulan aja tanpa fermentasi” jelas Kusno, ketua RT 16.
Selain bahan, suhu juga memengaruhi berlangsungnya proses fermentasi. Suhu harus di antara 400 – 600C karena jika kurang atau lebih dari kisaran tersebut bisa memengaruhi kerja bakteri untuk menguraikan sehingga memerlukan waktu yang lebih panjang.
Baca juga: Mahasiswa KKN STAI Rakha Amuntai HSU Beri Pelatihan Pembuatan Telur Asin di Desa Kelumpang Luar
Kusnosangat mendukung dan senang dengan adanya kegiatan praktik pembuatan kompos baik dari partisipasi maupun kekompakkan warga di Desa Wonorejo.

“Saya akan tetap membantu sepenuh hati jika kawan-kawan dari Fakultas Pertanian kembali untuk penyelenggaraan kegiatan pengomposan karena bagi saya, ilmu semakin dibagikan semakin terasa” tambahnya.
Mahasiswa dari Kelompok 43 yang dibimbing langsung Dosen Nurul Huda SSI MSI melaksanakan kegiatan ini bekerjasama dengan warga setempat. (*)