Ekonomi dan Bisnis

Suplai Menurun, Penjual Beras Lokal di Banjarmasin dan Banjarbaru Terpaksa Naikkan Harga

Penjual beras lokasi di Banjarmasin dan Banjarbaru terpaksa naikkan harga antara 30-35 persen akibat terjadi penurunan suplai dari sentra penghasilnya

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/NURHOLIS HUDA
Penjual beras di Kota Banjarabru, Provinsi Kalimantan Selatan, Rabu (9/11/2022). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Produksi beras di beberapa sentra  di Indonesia mengalami penurunan, termasuk juga di Kalimantan Selatan (Kalsel). 

Penyebabnya, kegagalan panen akibat serangan hama dan banjir.

Lantaran kurangnya suplai beras tersebut, akhirnya berdampak pada kenaikan harga beras lokal jenis lainnya. 

Seperti diungkapkan Abi, pemilik Toko Beras Barokah di kawasan Jalan Sulawesi, Kota Banjarmasin, Kalsel, beras Banjar saat ini kenaikan harganya cukup signifikan. 

"Sudah lebih sebulan, naiknya. Lumayan tinggi naiknya, mencapai 30-35 persen lah untuk beras Banjar, yaitu  Siam, Unus, Mayang, Mutiara dan jenis  beras ganal (beras besar)," tuturnya. 

Baca juga: Riset  Pengobatan Tradisional di Kalsel, BRIN Wawancara Penambaaan dan Paurutan

Baca juga: Bazar UMKM di Banjarmasin Resmi Dibuka, Bank Kalsel Ajak Pelaku Usaha Naik Kelas

Harga Mayang satu sak (karung isi 50 Kg) sebelumnya di kisaran Rp 540 ribu,  sekarang mencapai Rp 700 ribuan.

Jenis Unus sebelumnya Rp 480 ribu sekarang menjadi Rp 600 ribu dan untuk jenis Siam dari Rp 450 ribu menjadi Rp 550 ribu per sak. 

"Artinya, dalam satu liter naiknya bisa sampai Rp 3 ribu lebih," lontar Abi. 

Menurut Abi, naiknya harga beras selain karena pasokan yang sedikit akibat gagal panen, juga lantaran ada penambahan pengeluaran biaya-biaya lainnya. 

"Harga BBM kan naik juga, ongkos transportasi jadi naik. Belum lagi upah buruh angkut yang juga ikut naik. Dulu satu sak beras upah buruh hanya Rp 3 ribu, sekarang jadi Rp 5 ribu per sak," beber dia. 

Baca juga: Dikenal Sebagai Sentranya, Begini Cara Petani Batola Menanam Jeruk Siam Banjar

Baca juga: Program Sembako Murah Dinas Koperasi dan UKM Kalsel di Sungai Pandan HSU DIserbu Warga

Meski harganya naik, lanjut Abi, kualitas beras saat ini tak lebih bagus dari sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah gabah kurang kering saat proses penjemuran. 

"Masih lebih bagus beras harga Rp 10 ribu per liter yang dulu dibandingkan beras sekarang yang harganya Rp 12 ribu per liter," tandasnya. 

Saat ini dirinya lebih suka membeli gabahnya saja, baru dijemur dan digiling sendiri, baru kemudian dijual berasnya. 

"Kalau menjemur gabah sendiri, bisa lebih kering, jadi berasnya juga lebih bagus," imbuhnya. 

Ia memprediksi, harga beras lokal yang dihasilkan dari daerah sentra, yaitu Gambut di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala (Batola), akan terus mengalami kenaikan. 

Baca juga: Banjir Berangsur Surut di Jalan Trans Kalimantan Desa Gendang Timburu Kabupaten Kotabaru Kalsel

Baca juga: Banjir di Sungai Durian Ganggu Lalu Lintas Jalan Trans Kalimantan Jalur Kalsel-Kaltim

"Perkiraan saya harga beras naik lagi karena petani banyak yang gagal panen. Beras Banjar ini satu tahun sekali panennya, makanya stoknya juga sedikit," imbuh dia.

Hal sama dari H Ismail, penjual beras di Kota Banjarbaru, Kalsel, harga beras lokal naiknya per karung. 

"Jadi, terpaksa kami yang jual eceran menaikkan juga hingga Rp 15.000," katanya. 

(Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved