Ekonomi dan Bisnis
Suplai Menurun, Penjual Beras Lokal di Banjarmasin dan Banjarbaru Terpaksa Naikkan Harga
Penjual beras lokasi di Banjarmasin dan Banjarbaru terpaksa naikkan harga antara 30-35 persen akibat terjadi penurunan suplai dari sentra penghasilnya
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Produksi beras di beberapa sentra di Indonesia mengalami penurunan, termasuk juga di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Penyebabnya, kegagalan panen akibat serangan hama dan banjir.
Lantaran kurangnya suplai beras tersebut, akhirnya berdampak pada kenaikan harga beras lokal jenis lainnya.
Seperti diungkapkan Abi, pemilik Toko Beras Barokah di kawasan Jalan Sulawesi, Kota Banjarmasin, Kalsel, beras Banjar saat ini kenaikan harganya cukup signifikan.
"Sudah lebih sebulan, naiknya. Lumayan tinggi naiknya, mencapai 30-35 persen lah untuk beras Banjar, yaitu Siam, Unus, Mayang, Mutiara dan jenis beras ganal (beras besar)," tuturnya.
Baca juga: Riset Pengobatan Tradisional di Kalsel, BRIN Wawancara Penambaaan dan Paurutan
Baca juga: Bazar UMKM di Banjarmasin Resmi Dibuka, Bank Kalsel Ajak Pelaku Usaha Naik Kelas
Harga Mayang satu sak (karung isi 50 Kg) sebelumnya di kisaran Rp 540 ribu, sekarang mencapai Rp 700 ribuan.
Jenis Unus sebelumnya Rp 480 ribu sekarang menjadi Rp 600 ribu dan untuk jenis Siam dari Rp 450 ribu menjadi Rp 550 ribu per sak.
"Artinya, dalam satu liter naiknya bisa sampai Rp 3 ribu lebih," lontar Abi.
Menurut Abi, naiknya harga beras selain karena pasokan yang sedikit akibat gagal panen, juga lantaran ada penambahan pengeluaran biaya-biaya lainnya.
"Harga BBM kan naik juga, ongkos transportasi jadi naik. Belum lagi upah buruh angkut yang juga ikut naik. Dulu satu sak beras upah buruh hanya Rp 3 ribu, sekarang jadi Rp 5 ribu per sak," beber dia.
Baca juga: Dikenal Sebagai Sentranya, Begini Cara Petani Batola Menanam Jeruk Siam Banjar
Baca juga: Program Sembako Murah Dinas Koperasi dan UKM Kalsel di Sungai Pandan HSU DIserbu Warga
Meski harganya naik, lanjut Abi, kualitas beras saat ini tak lebih bagus dari sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah gabah kurang kering saat proses penjemuran.
"Masih lebih bagus beras harga Rp 10 ribu per liter yang dulu dibandingkan beras sekarang yang harganya Rp 12 ribu per liter," tandasnya.
Saat ini dirinya lebih suka membeli gabahnya saja, baru dijemur dan digiling sendiri, baru kemudian dijual berasnya.
"Kalau menjemur gabah sendiri, bisa lebih kering, jadi berasnya juga lebih bagus," imbuhnya.
Ia memprediksi, harga beras lokal yang dihasilkan dari daerah sentra, yaitu Gambut di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala (Batola), akan terus mengalami kenaikan.
Baca juga: Banjir Berangsur Surut di Jalan Trans Kalimantan Desa Gendang Timburu Kabupaten Kotabaru Kalsel
Baca juga: Banjir di Sungai Durian Ganggu Lalu Lintas Jalan Trans Kalimantan Jalur Kalsel-Kaltim
"Perkiraan saya harga beras naik lagi karena petani banyak yang gagal panen. Beras Banjar ini satu tahun sekali panennya, makanya stoknya juga sedikit," imbuh dia.
Hal sama dari H Ismail, penjual beras di Kota Banjarbaru, Kalsel, harga beras lokal naiknya per karung.
"Jadi, terpaksa kami yang jual eceran menaikkan juga hingga Rp 15.000," katanya.
(Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)
