Refleksi Akhir Tahun FKUB, Bahas Toleransi hingga Kerukunan Bermasyarakat di Kalsel

"Catatan penting saya, kekhawatiran bangsa Indonesia ini bukan konflik sara, melainkan sentralisasi politik yang membawa pada gagasan tidak berfungsi pilar-pilar negara," tutup Effendi.

Di samping itu, dari sisi jurnalistik, Anjar Wulandari menilai intoleransi sangat mudah muncul ke permukaan seiring berkembangnya sosial media.

Banyak masyarakat yang sekarang ini bisa mengakses apapun termasuk konten-konten sosial media.

Namun tidak semuanya, menurut Anjar, mampu memfilter apakah informasi yang mereka terima benar atau hoax.

"Seringkali intoleransi beredar lewat medsos khususnya terkait konflik agama. Tugas media kemudian adalah mengcounter informasi yang tidak tepat yang tersebar di media sosial," jelas Anjar.

Apalagi informasi itu menyangkut isu isu sensitif yang berkenaan dengan isu sara.

"Kalau Anda mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya, jangan disebarkan, cukup sampai Anda saja," pesannya.

Pastor Albertus Jamlean turut menambahkan, dengan adanya refleksi FKIP ini, memperkuat semua pihak untuk merawat kerukunan dan persaudaraan di bumi Kalimantan Selatan.

"Terlebih sebetar lagi kita memasuki tahun baru. Tahun baru artinya kita perlu melakukan pembaharuan diri dalam berbagai aspek, perlu berjalan bersama untuk melakukan pembaharuan tersebut," ucap Pastor.

Banjarmasinpost.co.id/Noor Masrida