Berita Banjarmasin

Refleksi Akhir Tahun FKUB, Bahas Toleransi hingga Kerukunan Bermasyarakat di Kalsel

Refleksi akhir tahun mengambil tema FKUB dan tanggung jawab multi stakeholder dalam merawat kerukunan umat beragama di Kalsel.

Penulis: Noor Masrida | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/noor masrida
Refleksi akhir tahun Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalsel, bahas toleransi dari berbagai aspek, Sabtu (31/12/2022). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Kalimantan Selatan menggelar refleksi akhir tahun pada Sabtu (31/12/2022) pagi.

Refleksi akhir tahun ini mengambil tema FKUB dan tanggung jawab multi stakeholder dalam merawat kerukunan umat beragama.

Diskusi dalam kegiatan ini dipimpin moderator Noorhalis Majid dan narasumber Dosen Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, Dr. Muhammad Effendi, SH, MH, perwakilan Keuskupan Banjarmasin, Pastor Albertus Jamlean, MSC, juga Manajer Peliputan Banjarmasin Post, Anjar Wulandari.

Acara dimulai dengan sambutan Ketua FKUB Drs. Ilham Masykuri Hamdie, M.A yang sekaligus membuka diskusi.

Ujar Ilham, refleksi dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi bagaimana kondisi umat beragama yang berjalan selama 2022 ini.

Baca juga: Warga Panggung-Tanjungdewa Duduk Semeja di Sekretariat FKUB Tanahlaut, Heboh Makam Keramat Clear

Baca juga: Rapat Koordinasi Daerah, Ketua FKUB Kalsel Sebut Nilai Kerukunan Umat Beragama di Kalsel Cukup Baik

"Selama 2022 ini, kerukunan beragama relatif baik dan harmonis yang tentu saja hal ini adalah buah dari kerjasama semua pihak. Segala stakeholder membantu kami (FKUB) untuk menjalankan ini semua," ucap Ilham.

Ujarnya, diskusi ini menghadirkan 3 narasumber dari berbagai kalangan, yakni dari akademisi, media atau pers, dan juga dari keagamaan.

"Kita berharap semua memberikan masukan bagaimana menjaga kerukunan beragama di Banua," tambah Ilham.

Sebagai pembicara pertama, Dr Muhammad Effendi membahas tentang isu radikalisme dan politik identitas yang ia amati selama 1 tahun belakangan.

Khusus politik identitas, ujar Effendi, ada beberapa hal yang memang perlu diantisipasi di masyarakat.

"Politik identitas adalah sesuatu yang negatif, tidak sesuai dengan demokrasi masyarakat kita sehingga harus dilawan bersama," ujar Effendi.

Ditambahkannya, politik identitas juga sengaja diekspose dan tentu ini akan berdampak pada terganggunya kerukunan beragama bahkan akan mengarah pada kemunculan dominasi mayoritas pada minoritas.

"Oleh karena itu, kerukunan beragama tidak hanya harus dilihat dari pendekatan perspektif menjaga harmonisasi dan toleransi. Tetapi harus diangkat ke ruang yg lebih besar," sambungnya.

Maksudnya, berjuang bersama dengan berdasarkan doktrin agama yang mewajibkan umat masing-masing menentang ketidakadilan.

Berjuang bersama agar kemudian lahir kesetaraan mayoritas-minoritas, tidak cuma statistik saja, tapi juga m3nunjang kesetaraan akses ke sosial dan ekonomi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved