Ramadhan 2023

23 Hari Menuju Ramadhan, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Hukum Gabungkan Qadha Puasa Wajib dan Sunnah

Pendakwah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hukum menggabungkan niat qadha puasa wajib yakni puasa Ramadhan dengan puasa sunnah.

Penulis: Mariana | Editor: Edi Nugroho
Banjarmasinpost.co.id
Pendakwah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hukum menggabungkan niat qadha puasa wajib yakni puasa Ramadhan dengan puasa sunnah 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kini tersisa 23 hari menuju hadirnya bulan suci Ramadhan 2023, Anda yang memiliki utang puasa masih ada waktu dan kesempatan untuk mengqadhanya.

Pendakwah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hukum menggabungkan niat qadha puasa wajib yakni puasa Ramadhan dengan puasa sunnah.

Ustadz Adi Hidayat mengingatkan qadha puasa ramadhan bersifat wajib bagi seorang muslim yang tak mengerjakannya sesuai waktu.

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang Allah perintahkan kepada umat Islam untuk menunaikan puasa wajib selama sebulan penuh.

Baca juga: 24 Hari Menuju Ramadhan 2023, Buya Yahya Soal Konsekuensi Tak Mengqadha Puasa Hingga Meninggal Dunia

Baca juga: 25 Hari Menuju Ramadhan 2023, Ceramah Ustadz Khalid Basalamah Soal Cara Tetapkan Jumlah Utang Puasa

Namun pada kondisi tertentu, tidak semua umat muslim dapat mengerjakan puasa Ramadhan, ada yang haid, hamil, melahirkan, dan menyusui, dan ada pula yang sakit serta sedang dalam safar.

Bagi orang-orang yang meninggalkan puasa Ramadhan karena uzur-uzur syar'i tersebut maka wajib menggantinya.

Namun, ada pula yang sengaja meninggalkan puasa Ramadhan karena kenakalan atau sifat-sifat membangkang kepada Allah SWT, ada aturan khusus baginya yakni segera mengqadha.

Ustadz Adi Hidayat menerangkan ada ulama yang membolehkan menyatukan qadha puasa Ramadhan dengan puasa sunnah, namun ada pula yang menganjurkan untuk dipisah.

"Ketika Anda berpindah ke amalan yang lebih tinggi maka amalan rendah itu akan ikut pahalanya, misalnya Anda sering puasa Senin Kamis kemudian memutuskan belajar puasa Daud, maka pahala puasa Senin Kamis mengikutinya," jelas Ustadz Adi Hidayat dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Pecinta Ulama.

Ketika seorang muslim yang masih memiliki utang puasa setelah selesai bulan Ramadhand dan ingin mengerjakan puasa sunnah, terdapat dua pendapat ulama, yang pertama mengatakan mendahulukan qadha.

Ini karena utang puasa statusnya wajib dibayar, dilunasi baru kemudian menunaikan puasa sunnah.

"Namun ada ulama yang berpandangan boleh mendahulukan puasa sunnah tertentu misal puasa Syawal, karena waktunya sempit, sedangkan qadha waktunya terbentang hingga qadha berikutnya," terang Ustadz Adi Hidayat.

Baca juga: Menjelang Ramadhan 2023, Minyak Goreng dan Telur Sasaran Pembeli di Pasar Murah Kabupten Tabalong

Dalilnya adalah suatu peristiwa yang menimpa sayyidah Aisyah RA, yang pernah mengqadha puasanya di bulan Sya'ban yang mana hampir bertemu di bulan Ramadhan berikutnya.

Pandangan tersebut adalah meringankan bagi umat Islam, sedangkan menurut Ustadz Adi Hidayat lebih memilih pendapat yang pertama.

Qadha puasa berlaku bagi orang yang masih mampu secara fisik mengganti puasa di hari-hari lain, misalnya perempuan yang hamil lalu melahirkan masih ada kemampuan mengqadha puasa, maka membayar puasa adalah prioritas dibandingkan fidyah.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved