Tajuk
Awalnya Hanya Empat Biji
Tahun 1884, kelapa sawit masuk Indonesia dibawa Dr DT Pryce, jenis Bourbon Mauritius dan Hortus Botanicus, ditanam di Kebun Raya Bogor.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Ratusan tahun lalu, asal mula kelapa sawit di Indonesia, awalnya berawal dari empat biji saja.
Ya, tahun 1884. Artinya, kelapa sawit masuk Indonesia sejak 139 tahun lalu, ketika itu dibawa oleh Dr. D. T. Pryce.
Keempat biji kelapa sawit itu masing-masing dua biji Bourbon Mauritius dan 2 biji lagi berasal dari Hortus Botanicus, Amsterdam, Belanda.
Kemudian, ditanam di Kebun Raya Bogor. Kini, Perkembangan sawit di Indonesia terus jadi perhatian dan menjadi komoditi andalan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyebut industri minyak sawit memiliki peran strategis, antara lain penghasil devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja.
Perkebunan kelapa sawit Indonesia pun berkembang cepat serta mencerminkan adanya revolusi perkebunan sawit.
Kini, berkembang di 26 provinsi di Indonesia. Dua lokasi sentranya ada di Sumatera dan Kalimantan.
Khusus di Kalimantan Selatan, aksi pengembangan kelapa sawit yang segera diwujudkan adalah replanting mencapai 10.000 hektar (ha).
Semua itu untuk kesejahteraan rakyat, kata Mentan SYL.
Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan mengklaim Kalsel memiliki 497.261 hektare lahan kelapa sawit.
Komoditas inipun jadi andalan. Namun pada prosesnya tentu harus selalu berbenah.
Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit dan Optimalisasi Penerimaan Negara meminta pengusaha untuk segera menyelesaikan proses pelaporan data perkebunan sawit perusahaan kepada pemerintah.
Di Indonesia, masih ada ratusan perusahaan yang saat ini belum melaporkan data kebun sawitnya lewat aplikasi Sistem Informasi Perizinan Perkebunan (SIPERIBUN).
SIPERIBUN bertujuan untuk memperkuat tata kelola perizinan usaha perkebunan yang berbasis data dan bebas korupsi, penguatan pembinaan dan pengawasan terhadap izin usaha perkebunan, serta penguatan koordinasi antar Kementerian/Lembaga Nasional (K/L) dan pemerintah daerah di sektor perkebunan.
Ketua Pengarah Satgas Sawit, Luhut Binsar Pandjaitan, membeberkan, baru 1.870 perusahaan yang telah berpartisipasi dalam proses pelaporan data tersebut.
Urusan sawit saat ini memang tak sesederhana ratusan tahun lalu, saat hanya ada empat biji.
Tentu perlu melibatkan dan mengikutsertakan semua pihak dalam memajukan pengembangan sawit Indonesia, namun tetap sesuai aturan.
(Banjarmasinpost.co.id/*)
