Berita Banjarmasin
Hampir Tiga Bulan Tak Dapat Obat, Pasien Hepatitis C di Banjarmasin Ini Hanya Bisa Berdoa
Divonis menderita hepatitis C sejak 5 Juni 2023, KR, warga Banjarmasin, belum bisa mengonsumsi obat yang diresepkan dokter
BANJARMASINPOST.CO.ID - Divonis menderita hepatitis C sejak 5 Juni 2023, KR, warga Banjarmasin, belum bisa mengonsumsi obat yang diresepkan dokter.
Persediaan obat hepatitis C di semua apotek kosong terus. Begitu inti surat KR kepada Redaksi BPost, Selasa (29/8/2023).
Saat ditemui di kediamannya pada hari yang sama, KR tidak menunjukkan gejala apapun. Gaya komunikasi pria 58 tahun ini masih seperti orang normal.
Padahal, hasil rekam medis yang diperlihatkan KR mengarah ke kategori mengkhawatirkan.
“Jika tidak mendapat obat sesuai resep dokter dalam jangka panjang, takutnya menyebabkan sirosis dan kanker hati,” ucap peserta BPJS Kesehatan tersebut.
KR pun menceritakan pada akhir April 2023 kondisinya mengalami penurunan. Dia bahkan sempat opname di Rumah Sakit Islam Banjarmasin sekitar tiga pekan.
“Saat itu saya tidak sadarkan diri,” ujarnya sambil menunjukkan video dirinya terbaring di rumah sakit. Di bagian hidung KR terpasang selang.
Oleh RS Islam, KR dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin pada 15 Mei 2023. Kondisinya perlahan kembali stabil.
Pada 30 Mei, KR diminta menjalani pemeriksaan darah sebelum keluar rumah sakit.
Pada 5 Juni 2023, hasilnya muncul. Sampel darah KR dinyatakan terpapar hepatitis C.
“Lalu dirujuk lagi ke bagian penyakit dalam,” katanya.
Pada 4 Juli 2023, KR menerima resep obat sofosbuvir dan doclos four oleh dokter. Persoalannya, obat tersebut kosong di semua apotek hingga sekarang.
“Saya sudah menanyakan ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, memang stoknya kosong dan mereka akan menindaklanjuti ke pusat. Tapi, sampai saat ini tidak ada kabar,” tuturnya.
KR mengaku tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa berdoa sembari berharap ada kabar baik dari Dinkes Kalsel.
“Khawatir kejadian ini tidak hanya saya yang mengalaminya, semoga jadi perhatian ke depan,” harapnya.
Di samping menunggu ketersediaan obat yang tidak pasti hampir tiga bulan, KR rutin menjalani cuci darah. Satu pekan biasanya dua kali yakni setiap Rabu dan Sabtu. “Sementara ini saya mengonsumsi curcuma sebagai ikhtiar dan alternatif obat,” ujarnya.
Berangkat dari kasus ini, BPost menanyakan ketersediaan dua obat itu di Apotek AM Farma Jalan Kampung Melayu Darat dan Toko Obat Fani di Pasar Baru Banjarmasin.
Orang di dua apotek tersebut mengaku tidak menyediakan obat tersebut.
“Kami belum pernah menjual obat jenis itu,” ucap Farhad, petugas jaga Apotek AM Farma, Rabu.
Farhad juga mengatakan apoteknya tak banyak menyediakan obat hepatitis.
“Cuma ada beberapa jenis. HP Pro dan Hepa-Q saja,” jelasnya.
Apotek AM Farma tidak menyetok banyak obat hepatitis karena pembelinya juga tidak banyak.
“Rata-rata penderita hepatitis mereka langsung berobat ke rumah sakit atau dokter. Kalau sekadar beli obatnya jarang,” tandasnya.
Hal serupa disampaikan Fani, pemilik toko obat di Pasar Sudimampir. Ia tidak menjual obat hepatitis.
“Obat alternatifnya pun juga tidak saya jual,” ucapnya.
Ketidaktersediaan obat hepatitis karena permintaannya tidak banyak.
“Kalau kami sediakan obat jenis itu, ujung-ujungnya kadaluarsa. Untung kalau bisa diretur, kalau tidak bagaimana,” pungkasnya.
Keluhan pasien hepatitis RSUD Ulin Banjarmasin yang kesulitan mendapatkan obat tak terjadi di Kabupaten Tanahlaut (Tala).
Hal tersebut ditegaskan Direktur RSUD Hadji Boejasin (RSHB) Pelaihari dr Budi Rukhiyat ketika dikonfirmasi, Rabu.
“Di apotek RSHB aman. Obat untuk hepatitis ada saja,” tegasnya.
Tak cuma obat-obatan, RSHB juga menyediakan vaksin. Budi bahkan langsung melakukan kroscek kepada bawahannya yang menangani ketersediaan obat.
Mengenai jumlah pasien hepatitis yang ditangani RSHB saat ini, Budi mengaku tak hafal datanya.
“Ini mesti saya tanyakan dulu ke staf yang menangani. Tapi yang jelas tidak ada lonjakan, normal-normal saja,” ucapnya.
Terpisah, salah seorang pemilik apotek di Kota Pelaihari, Apt A Hadi Azhari SFarm, menuturkan di apoteknya sejauh ini tidak menyediakan obat hepatitis.
“Apotek kami belum ada kerjasama dengan BPJS sehingga kami tidak menyediakan obat itu,” sebut pemilik/pengelola Apotek Selaras yang berada di tiga tempat (Matah, Angsau, Panggung) ini.
Ia menuturkan pasien yang mencari obat hepatitis tergolong minim. Karena itu ketika belum ada kerja sama dengan BPJS, pihaknya tidak berani membeli atau menyetok obat hepatitis.
“Setahu saya untuk obat hepatitis biasanya yang menyediakan apotek di rumah sakit. Biasanya ketika hasil pemeriksaan dinyatakan terkena hepatitis maka oleh dokternya diberi resep untuk mengambil obatnya di apotek setempat,” paparnya.
Ia mengatakan pada musim panas ekstrem saat ini obat yang paling banyak dicari masyarakat yakni jenis obat batuk.
“Ini kan musim ISPA, efeknya batukan. Namun setahu saya kasus ISPA di Tala juga tak seberapa,” tandasnya. (msr/sul/roy)
| Dua Ormawa Lolos Pendanaan PPK, UMBJM Raih Peringkat 1 PTS LLDIKTI Wilayah XI |
|
|---|
| Heboh Perempuan Ditemukan Meninggal di Kawasan Mantuil Banjarmasin, Polisi Lakukan Penyelidikan |
|
|---|
| Hasil Evaluasi Tiga Triwulan, Dua Direktur PAM Bandarmasih Diberhentikan |
|
|---|
| Penjual Sapu Lidi di Banjarmasin Meninggal dalam Selokan, Jenazah Dibawa ke RSUD Ulin |
|
|---|
| Sempat Alami Penumpukan, Kondisi Sampah di Beberapa Titik TPS Kota Banjarmasin Mulai Berkurang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.