Opini
Peringkat PISA dan Guru Hebat
Hasil tes Programme for International Student Assessment 2022 yang juga sering disingkat sebagai PISA telah diumumkan pada Desember 2023
Oleh: Irma Suryani
Pemerhati Masalah Pendidikan
Hasil tes Programme for International Student Assessment 2022 yang juga sering disingkat sebagai PISA telah diumumkan pada Desember 2023 dan Indonesia menempati peringkat 69 dengan skor total 396,3.
Adapun peringkat pertama ditempati Singapura dengan skor total 559,7.
Tes PISA 2022 melibatkan sekurangnya 690 ribu siswa berusia 15 tahun yang berasal dari 81 negara. Tes difokuskan pada tiga bidang yakni matematika, sains, dan membaca.
Secara khusus, PISA dirancang untuk mengukur sejauh mana para siswa dipersiapkan oleh sistem pendidikan yang mereka ikuti agar mampu mengaplikasikan konsep-konsep dan keterampilan yang mereka pelajari.
Baca juga: Minim Kematangan Mental
Baca juga: Info Cuaca Ekstrem Rabu 24 Januari 2024, Potensi Hujan di Kalsel, Cek Banten dan Sulteng
Secara umum, PISA bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan masing-masing di negara-negara yang berpartisipasi. Tes PISA telah dilakukan sejak tahun 2000. Sejak itu, setiap tiga tahun sekali sejumlah siswa berusia 15 tahun yang dipilih secara acak dari masing-masing negara partisipan mengikuti tes PISA.
Selain itu, para siswa dan kepala sekolah juga mengisi kuesioner untuk memberikan informasi tentang latar belakang keluarga siswa dan cara sekolah mereka diorganisir dan dikelola.
Di beberapa negara tertentu, orang tua siswa juga dilibatkan dalam pengisian kuesioner.
Tes PISA boleh dibilang unik karena mengembangkan tes yang tidak secara langsung terkait dengan kurikulum sekolah dan memberikan konteks melalui kuesioner latar belakang yang dapat membantu para analis pendidikan menginterpretasikan hasilnya.
Tes PISA dirancang untuk menilai seberapa baik siswa, pada akhir masa wajib belajar, dapat menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi kehidupan real atau nyata.
Dengan demikian, mereka diharapkan mampu berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat.
Tes PISA sendiri tidak hanya menguji kemampuan siswa dalam mengasimilasi dan mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang diajarkan di bangku sekolah, tetapi juga menguji soft skills alias keterampilan lunak siswa.
Saat ini, soft skills dinilai sebagai keterampilan yang semakin penting dalam dunia yang berubah dengan cepat.
Mulai tahun 2012, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) telah pula memperkenalkan dimensi tambahan pada tes PISA.
Di antaranya dengan mengukur keterampilan sosio-emosional seperti pemecahan masalah secara kolaboratif.
Soal-soal tes PISA tidak mengukur hafalan fakta, tetapi lebih menuntut siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah di dunia nyata.
Baca juga: Polresta Banjarmasin Siapkan 858 Anggota untuk Pengamanan Pemilu, Daerah Rawan Dijaga 1 Personel
Data hasil tes PISA, yang dikumpulkan setiap tiga tahun, berguna dalam menilai seberapa berhasil sistem pendidikan negara-negara yang ikut ambil bagian dalam tes PISA.
Data-data hasil tes PISA itu juga digunakan sebagai tolok ukur. Pasalnya, sistem pendidikan yang berhasil memiliki sejumlah tolak ukur, baik itu yang sifatnya internal, domestik, regional, maupun internasional.
Tolak ukur ini dapat menjadi daya dorong yang sehat bagi upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan di masing-masing negara partisipan PISA.
Kesuksesan Ekonomi
Secara umum negara-negara dengan peringkat yang tinggi dalam tes PISA memiliki korelasi dengan kesuksesan ekonomi, para peneliti menyimpulkan bahwa PISA adalah salah satu indikator penting apakah sistem pendidikan mampu mempersiapkan para siswanya untuk menghadapi ekonomi global di sepanjang abad ke-21.
Dengan dunia yang kian terdigitalisasi, pekerjaan dengan gaji tinggi dan industri dengan laba tinggi membutuhkan pekerja-pekerja yang dapat berpikir kritis, menghubungkan ide-ide, dan bekerja melintasi batas-batas internasional.
Pada saat yang sama, semakin banyak negara yang tidak lagi membutuhkan banyak tenaga kerja untuk melakukan tugas-tugas kasar.
Pada konteks inilah, sistem pendidikan, di mana pun, perlu mampu beradaptasi.
Sistem pendidikan dan kurikulum sekolah perlu dirancang untuk senantiasa mengikuti perkembangan zaman serta selalu berorientasi pada masa kini dan masa depan.
Dengan berada di peringkat 69 dari 81 negara yang berpartisipasi dalam tes PISA, sistem pendidikan Indonesia bisa dibilang masuk ke dalam barisan papan bawah. Ini tentu saja harus benar-benar menjadi perhatian pemerintah kita.
Berbagai bukti global menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang cemerlang dan hasil pembelajaran yang baik terkait erat dengan kompetensi guru.
Oleh sebab itu, peningkatan kompetensi guru di negara kita perlu terus digenjot.
Sebagai sebuah profesi, guru menempati posisi yang demikian krusial serta unik dalam masyarakat mana pun.
Masa depan bangsa dan negeri ini akan sangat bergantung kepada guru.
Profesi hebat apa pun yang kita tekuni saat ini, semuanya bermula dari peran guru-guru kita yang mendidik dan membimbing anak-anak kita usia dini. Mereka mewariskan pengetahuan, sikap serta nilai-nilai kepada anak-anak kita, para generasi penerus bangsa.
Guru sendiri termasuk ke dalam kelompok agen perubahan.
Maju dan mundurnya sebuah bangsa dan sebuah negara ikut ditentukan oleh guru-guru yang dimilikinya.
Kualitas guru turut menentukan baik-buruk sebuah bangsa. Maka, mengerek kualitas dan kesejahteraan guru adalah sebuah keniscayaan.
Seleksi calon guru masa depan di fakultas-fakultas keguruan wajib mengutamakan mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan akademik yang baik.
Kesejahteraan guru juga harus benar-benar terjamin.
Tanpa jaminan kesejahteraan hidup yang layak, bagaimana para guru dapat dengan tenang menjalankan profesi mereka dan sekaligus meningkatkan kompetensi mereka.
Di sisi lain, negara kita juga masih dihadapkan pada kenyataan masalah pendistribusian atau penyebaran guru yang sama sekali belum merata.
Guru lebih banyak menumpuk di daerah perkotaan.
Di daerah perdesaan, apalagi di daerah-daerah terpencil, kekurangan guru menjadi hal yang lumrah ditemukan di banyak sekolah. Belum lagi fasilitas sekolah yang juga masih timpang antara satu sekolah dan sekolah lainnya.
Persoalan-persoalan tersebut harus dapat sepenuhnya ditanggulangi. Kita membutuhkan guru-guru yang bagus dan hebat yang mampu menjadi agen perubahan bagi para siswa dan masyarakat di sekelilingnya.
Kita harapkan guru-guru yang bagus dan hebat itu bermunculan manakala pemerintah melakukan seleksi yang ketat terhadap calon guru,meningkatkan kompetensi guru, menjamin kesejahteraan para guru tanpa terkecuali, mengelola pendistribusian mereka secara merata ke segenap pelosok negeri ini, serta mengurangi kesenjangan fasilitas antarsekolah di negeri ini.
Seiring dengan itu, kita harapkan pula peringkat PISA negara kita meningkat secara signifikan. Semoga.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.