Opini

Berkurban di Era Digital: Lebih Mudah, Luas, dan Berkah

JUMAT 6 Juni 2025 yang bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H, menjadi momen yang sangat istimewa bagi umat Islam dalam merayakan hari

Editor: Edi Nugroho
Istimewa
Ahmad Syawqi  Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin 

Oleh:
Ahmad Syawqi
 Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin

JUMAT 6 Juni 2025 yang bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H, menjadi momen yang sangat istimewa bagi umat Islam dalam merayakan hari Iduladha yang sangat identik dengan ibadah kurban.

Dulu, berkurban ditandai dengan repotnya mencari hewan di pasar, tawar-menawar harga, hingga mengurus penyembelihan dan pendistribusian daging secara manual. Kini, di tahun 2025 yang serba digital, praktik ibadah kurban telah mengalami revolusi. “Berkurban di Era Digital” bukan sekadar tren, melainkan sebuah realitas yang menawarkan kemudahan, jangkauan yang lebih luas, dan potensi keberkahan yang lebih besar.

Era digital telah mengubah cara kita berinteraksi dengan banyak hal, tak terkecuali ibadah. Kemudahan kini ada di ujung jari. Dari pasar tradisional ke pasar digital.  Jika dahulu pekurban harus datang langsung ke peternak atau pasar hewan,  kini cukup dengan sentuhan jari di layar smartphone. Berbagai platform digital, baik yang diinisiasi oleh lembaga amil zakat, organisasi kemasyarakatan, maupun e-commerce khusus hewan kurban, menawarkan kemudahan luar biasa.

Bayangkan, Anda bisa memilih jenis hewan kurban seperti kambing, domba, dan sapi, melihat visual hewan, membandingkan harga, bahkan membaca ulasan dari pekurban lain, semuanya tanpa harus beranjak dari rumah. Proses pembayaran pun sangat praktis, bisa melalui mobile banking, dompet digital, atau kartu kredit. Fitur notifikasi juga memungkinkan pekurban untuk mengetahui status kurbannya, mulai dari pembayaran diterima, hewan sudah dipilih, hingga proses penyembelihan dan pendistribusian. Ini adalah jawaban bagi masyarakat urban yang sibuk, atau mereka yang berada jauh dari lokasi penyembelihan.

Baca juga: Usia Sudah 57 Tahun, Kai Ular Kotabaru Tetap Terima Panggilan untuk Jinakkan Ular Piton

Baca juga: BREAKING NEWS - Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru Resmi Kembali Berstatus Internasional

Data menunjukkan, tren kurban online terus meningkat signifikan. Kementerian Agama RI pernah mencatat bahwa pada tahun 2023, penjualan hewan kurban melalui platform digital melonjak drastis. Lembaga seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan BAZNAS melaporkan peningkatan partisipasi pekurban melalui channel digital hingga puluhan persen setiap tahunnya. Ini membuktikan bahwa masyarakat semakin percaya dan nyaman dengan metode ini.


Transparansi dan Akuntabilitas

Salah satu kekhawatiran terbesar dalam berkurban melalui pihak ketiga adalah masalah transparansi. Apakah hewan kurban benar-benar disembelih? Apakah dagingnya sampai kepada yang berhak? Era digital menyediakan solusi untuk kekhawatiran ini.

Platform kurban digital umumnya menyediakan fitur pelaporan yang transparan. Pekurban bisa mendapatkan sertifikat kurban digital, laporan penyaluran, bahkan sebagian platform menyediakan foto atau video singkat proses penyembelihan hewan kurban mereka. Sistem pelacakan ini membangun kepercayaan dan memastikan akuntabilitas. Lembaga-lembaga terpercaya yang bergerak di bidang ini juga seringkali memiliki sistem audit eksternal dan laporan keuangan yang bisa diakses publik, sehingga integritas mereka terjamin.

Ini selaras dengan prinsip syariah yang menekankan kejelasan dalam setiap transaksi. Dengan teknologi, pekurban dapat merasa tenang karena ibadahnya dilakukan dengan benar dan efektif.

Lebih Luas dan Merata

Fleksibilitas kurban digital tidak hanya berhenti pada kemudahan bagi pekurban, tetapi juga pada jangkauan manfaat bagi penerima. Jika kurban konvensional seringkali terpusat di wilayah perkotaan atau sekitar masjid besar, platform digital memungkinkan distribusi daging kurban hingga ke pelosok negeri, bahkan ke daerah-daerah terpencil yang jarang tersentuh bantuan.

Misalnya, seorang pekurban di Banjarmasin bisa memilih untuk menyalurkan kurbannya ke wilayah pedalaman Kalimantan Selatan yang kesulitan akses, atau bahkan ke daerah terdampak bencana di provinsi lain. Lembaga penyalur biasanya memiliki jaringan yang luas dan data penerima manfaat yang terverifikasi, sehingga penyaluran daging kurban menjadi lebih tepat sasaran dan merata.

Dampak ini sangat signifikan dalam konteks pemerataan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. Daging kurban yang mengandung protein tinggi dapat membantu meningkatkan gizi masyarakat di daerah-daerah terpencil, memberikan mereka asupan yang mungkin jarang didapatkan.

Tantangan dan Etika

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved