Berkah Ramadan 1445 Hijriah

Johan Konsumsi Suplemen Sejak Pindah Tugas dari Pengelolaan Gudang ke Lapangan

Ada orang yang menambah suplemen agar fisiknya terbantu saat jalankan puasa. Di antaranya vitamin, mineral dan protein.

Penulis: Salmah | Editor: Mulyadi Danu Saputra
shutterstock
Ilustrasi orang konsumsi suplemen. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tak semua orang punya keyakinan mampu berpuasa selama Ramadan. Ada yang menambah suplemen agar fisiknya terbantu saat jalankan puasa. Di antaranya vitamin, mineral dan protein.


Bentuknya bisa tablet, kapsul dan cair. Waktu mengonsumsi, bisa jelang tidur atau saat sahur.
Memang perlu mengonsumsi suplemen tersebut bagi orang berpuasa?


Johan, warga Kota Martapura, mengatakan, sebagai pekerja lapangan, khususnya pengantaran barang ke toko-toko, dia perlu pastikan tubuhnya siap bekerja selama puasa.


"Makanya saya konsumsi suplemen berupa multivitamin, terutama saat sahur. Kalau tidak, terasa kurang fit saat bekerja," tutur dia.


Menurut Johan, baru kali ini dia konsumsi suplemen setelah pindah kerja dari bagian pengelolaan gudang ke bagian lapangan.


"Sebelumnya karena kerja di gudang, tak perlu suplemen. Saya merasa nyaman saja. Tapi di pekerjaan sekarang, sering terpapar matahari, lelah juga, makanya perlu suplemen supaya bisa tetap puasa," bebernya.


Sedangkan Gani, warga Kota Banjarbaru, yang berprofesi sebagai sopir, merasa tak perlu suplemen dan sampai sekarang tetap mampu berpuasa.


"Meski Ramadan, jadwal kerja tidak berubah, sering keluar kota juga. Dan untuk menjaga kebugaran, saya biasa konsumsi air putih setelah berbuka dan bersahur. Setidaknya saat malam minum delapan gelas," ujarnya.


Selain itu, saat berbuka puasa dia juga pastikan ada buah dan sayur yang dimakan untuk asupan gizi bagi tubuh. "Itu saja yang saya perhatikan. Jadi saya tetap yakin tubuh bugar selama berpuasa sambil bekerja," ucapnya.


Secara terpisah, ahli gizi Rosihan Anwar SGz MPH RD, menyampaikan, mengonsumsi suplemen satu cara menambah asupan nutrisi bagi tubuh. “Tapi, perlu diingat, suplemen bukanlah pengganti obat atau makanan sepenuhnya,” ucap dia.


Ada suplemen pabrikan, contohnya susu fermentasi yang mengandung probiotik. Ada pula suplemen bikinan sendiri misal susu fermentasi tadi diolah sendiri.


Rosihan menyampaikan, suplemen itu sebenarnya tidak perlu kalau tubuh kita sudah cukup asupan gizinya baik karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Masalahnya ada orang yang konsumsi gizinya tidak beragam, misal hanya karbohidrat dan protein. Nah, kalau seperti itu baru perlu suplemen.


Berbeda dengan orang yang sakit atau lansia yang memerlukan zat gizi penting. Itu pun suplemen yang mereka konsumsi atas saran dokter, bukan beli sendiri dan asal konsumsi.


Kadang orang konsumsi suplemen tanpa tahu kandungannya. Contoh, vitamin C, itu bagus untuk tubuh, tapi kita tidak tahu apakah tubuh kita memerlukan. Dan kalau itu perlu, apakah kandungannya sesuai keperluan tubuh? Jangan sampai malah kelebihan.


Dalam suplemen itu bisa saja ada tambahan bahan makanan yang tidak diperlukan tubuh kita, akibatnya bisa berefek pada kesehatan misal kena ginjal dan menimbulkan batu ginjal.


“Jadi, penting untuk selalu pertimbangkan baik dan buruknya sebelum melakukan suatu hal. Dengan begitu, kesehatan tubuh benar-benar terjaga dan terhindar dari serangan penyakit,” pesan Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin itu. (banjarmasinpost/salmah saurin)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved