Thibbun Nabawi

Ustadz Abdurrahman Dani Imbau Tak Makan Berlebihan saat Tubuh Rutin Berpuasa: Berdampak ke Hati

Ustadz Abdurrahman Dani membeberkan, makan yang berlebihan dapat berpengaruh pada kondisi hati yang mengeras.

Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: Mariana
Youtube Tauhid Channel
Ustadz Abdurrahman Dani dalam satu ceramahnya mengimbau tak makan berlebihan saat rutin puasa. 

Responden melaporkan kepada peneliti seberapa banyak mereka makan. Sepertiga dari total responden mengaku makan antara 600 - 1.525 kalori sehari, sepertiga yang lainnya antara 1.526 - 2.142 kalori per hari, dan sepertiga peserta lainnya 2.143 - 6.000 kalori dalam sehari.

Hasil analisa mengindikasikan bahwa di antara responden yang makan paling banyak, risiko didiagnosa mengalami gangguan memori tercatat lebih tinggi yakni dua kali lipat lebih besar ketimbang mereka yang makan sedikit. Sementara itu, pada peserta yang porsi makannya sedang, peneliti tidak menemukan adanya risiko untuk masalah memori. Hasil kajian ini tetap sama setelah peneliti memperhitungkan beberapa faktor seperti riwayat stroke, diabetes, pendidikan serta faktor risiko lain terkait penurunan memori.

"Kami juga memperhitungkan BMI (body mass index) dan obesitas. BMI adalah pengukuran berdasarkan tinggi dan berat badan. Tapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara peserta normal dan gangguan kognitif ringan," kata peneliti.

Peneliti mengungkapkan, meski belum diketahui secara pasti mengapa makan berlebih dapat memengaruhi otak, namun peneliti menduga "asupan kalori yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan oksidatif, yang menyebabkan perubahan struktural dalam otak," jelas Geda.

Mengomentari riset tersebut, Dr Neelum Aggarwal, seorang profesor ilmu saraf di Rush University, Chicago, mengatakan bahwa temuan ini memungkinkan dokter untuk melakukan diskusi kepada pasien tentang hubungan antara praktek hidup sehat--seperti mengasup makanan bergizi dan membatasi gula--dengan fungsi otak secara keseluruhan.

"Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendiskusikan hal apa saja yang dapat berkontribusi terhadap penurunan fungsi kognitif dan menawarkan strategi untuk pencegahan penyakit melalui nutrisi dan pembatasan kalori," kata Aggarwal.

Pakar lain yakni David Loewenstein, profesor psikiatri dan tingkah laku di University of Miami Miller School of Medicine, mengatakan, temuan ini menambah bukti bahwa tingginya asupan kalori berkaitan dengan obesitas dan sindrom metabolik, sehingga tidak mengherankan meningkatnya asupan kalori berhubungan dengan gangguan kognitif.

Sindrom metabolik adalah sekelompok faktor risiko terkait dengan penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. "Studi ini menunjukkan bahwa apa pun yang baik bagi jantung - seperti mengurangi asupan kalori - adalah baik pula untuk otak," jelas Loewenstein.

(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved