Haul Datu Kalampayan
Jelang Haul ke-218 Datu Kalampayan, Berikut Aliran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Adapun aliran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1702-1807) atau Datu Kalampayan Martapura adalah seorang ulama yang menganut Madzhab Syafi’i.
Kebetulan pada saat itu tidak hanya Syekh Arsyad saja yang diberangkatkan. Ada dua tokoh yang ikut diberangkatkan oleh Sultan Tahlilullah, yaitu Syekh Abdul Hamid yang dikenal dengan sebutan Datu Ambuluang dan Syekh Muhammad Nafis bin Idris Al-Husain, yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Nafis.
Selain dari rombongan Borneo, pada saat itu ada pula tokoh-tokoh Nusantara lain yang menempuh pendidikan agama di tanah haram, mereka adalah Syekh Abdus Shamad al-Falimbani, Syekh Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi dan Syekh Abdul Wahab al-Bugisi.
Selama di Haramain, Syekh Arsyad mengambil sanad keilmuan dari beberapa ulama Arab antara lain:
1. Syekh Athaillah bin Ahmad Al-Mihsri Al-Azhar.
2. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurd, Madinah.
3. Syekh Muhammad bin Abdu Karim as-Samany Al Madany.
4. Syekh Ahmad bin Abdul Mun’in Ad-Damanhuri
5. Syekh Sayyid Abdul Faydh Muhammad Murtadha Az-Zabidi.
6. Syekh Hasan bin Ahmad ‘Akisy Al-Yamani.
7. Syekh Salim bin Abdullah Al-Bashri.
8. Syekh Shiddiq bin Umar Khan.
9. Syekh Abdullah bin Hijazi bin Asy-Syarqawi.
10. Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz Al-Maghrabi.
11. Syekh Sayyid Abdurrahman bin Sulayman Al Ahdal.
12. Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin Al-Fathani.
13. Syekh ‘Abid as-Sindi.
14. Syekh Abdul Wahab Ath-Thanthawi.
15. Syekh Maulana Sayyid Abdullah Mirghani.
16. Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Jawahir.
17. Syekh Muhammad Zayn bin Faqih Jalaludin Aceh Sang Pembaharu di Borneo
Selain itu, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari juga berguru kepada ulama-ulama dari Nusantara yang sudah lama mukim di Haramain seperti Syekh Abdur Rahman bin Abul Mubin Pauh Bok al-Fathani, Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin Aceh, Syekh Muhammad Aqib bin Hasanudin al-Palimbani, dan masih banyak lagi guru-gurunya yang berasal dari Nusantara.
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari menghabiskan waktu selama 35 tahun di sana dan akhirnya kembali ke Nusantara bersama Syekh Abdur Rahman al-Mashri al-Betawi, dan Syekh Abdul Wahab al-Bugisi pada tahun 1186 H/1773 M.
Artikel ini dilansir dari Jatman Online
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.