Berita Tanahlaut

Pedagang Tak Bisa Jual Pentol Sampai Malam, Warga Martapura Cari Gas Hingga Banjarbaru

Gas elpiji bersubsidi dijual mahal di luar pangkalan, hal ini membuat sejumlah pedagang kesulitan untuk berjualan.

|
Editor: Mariana
Pertamina Patra Niaga Kalimantan
Ilustrasi Elpiji 3kg. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Seperti di daerah lain di Kalimantan Selatan (Kalsel), pasokan elpiji bersubsidi tiga kilogram di Kabupaten Tanahlaut (Tala) seret sejak beberapa pekan lalu. Keluhan ibu rumah tangga dan pelaku usaha makanan di daerah ini telah sering terdengar. Umumnya mengaku kerap tak kebagian jika membeli di pangkalan. Sedangkan jika membeli eceran harganya sudah sekitar Rp 30 ribu.

Kondisi ini merepotkan pedagang makanan ringan seperti gorengan dan pedagang pentol keliling. Ini seperti yang dirasakan Padang. Pedagang pentol keliling di Kota Pelaihari ini menuturkan pada Jumat (24/5) hanya bisa beberapa jam berjualan. Dia hanya menghabiskan sisa bahan dagangannya. Pada kondisi normal dia berjualan sejak pagi hingga sekitar pukul 21.00 Wita.

Hal ini karena Padang belum mendapatkan gas melon. Oleh karena itu dia terpaksa membawa gas untuk keperluan masak di rumah. “Kalau berjualan lama nanti gasnya habis, bagaimana saya masak di rumah nanti,” ucap warga Jalan A Yani, Angsau, ini.

Senada diutarakan Santi warga Pelaihari lainnya. Ibu rumah tangga ini mengatakan membeli gas melon dari pengecer seharga Rp 30 ribu. Itu pun beberapa hari baru dapat. “Kan pesan dulu. Kalau sebelumnya kan begitu pesan, ya ada saja barangnya. Tapi belakangan ini belum tentu ada barangnya,” sebut ibu satu anak ini.

Dirinya mengaku tak pernah lagi membeli elpiji melon di pangkalan karena tak ada waktu untuk antre. Karena itu memilih membeli pada pengecer.

Baca juga: Perpisahan SMAN 7 Banjarmasin, 380 Siswa Jalani Tradisi Sungkeman dan Pelepasan Atribut Sekolah

Baca juga: Grand Final Nanang Galuh HST Digelar Malam Ini di Lapangan Dwi Warna, Berikut Nama Para Finalis

Kesulitan mendapatkan elpiji melon juga dialami warga Desa Tanjung Rema Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar, Muniroh (42). “Saya dapat gas tiga kilogram di kios di perbatasan Banjarbaru. Harganya sudah Rp 38 ribu,” katanya.

Dia pun mengungkapkan telah ada pendataan pengguna oleh ketua RT. “Tapi jatahnya satu saja, lalu habis. Kalau habis, saya sulit mendapatkannya lagi, “ kata dia.

Dari pantauan di Pangkalan Rhaisan Gapar, Martapura Timur, tidak ada antrean. Pengelolanya, Akhmad Bagia, mengatakan suplai lancar. Harganya standar yakni Rp 18.500 per tabung. Gas melon hanya dijual kepada warga yang KTP-nya telah terdaftar.

“Pengiriman lancar sebulan 120 tabung. Kami hanya menjual kepada pelanggan yang KTP-nya sudah terdaftar. Pendataanya sudah lama,” kata Akmad Bagia.

Asadi, pemilik pangkalan di Martapura Lama, juga mengaku hanya menjual elpiji tiga kilogram kepada pembeli yang sudah didata. “Apabila belum terdaftar dikhususkan untuk warga sekitar pangkalan dahulu, “ kata Asadi yang mengaku menerima 300-500 tabung perbulan.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Bahan Pokok Penting (Bapokting) DKUMPP Banjar Hj Elok Yuli Suriyanti menyampaikan pendataan digital dilakukan Pertamina secara bertahap ssjak 2023.

“Untuk gas dari agen ke pangkalan, khususnya yang tiga kilogram masih aman dan tidak ada kelangkaan,” ujarnya.

Soal harga gas di pangkalan, lanjut Elok, masih sesuai harga eceran tertinggi (HET). Namun dia mengaku pihaknya menemukan harga elpiji melon di eceran mahal. “Hasil inspeksi mendadak bersama tim Satgas Polres Banjar pada Jumat, 17 Mei, memang ditemukan harga yang mahal di pengecer atau kios-kios, dan itu ditegur dan ditindaklanjuti,” ujarnya.

Saat dikonfirmasi mengenai langka dan mahalnya elpiji melon di Kalsel, Area Manager Comm Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, mengatkan melejitnya harga di eceran bukan ranah Pertamina. Sedang untuk ketersedian, dia menyatakan suplai ke pangkalan sudah sesuai kuota. Untuk Kalse, realisasi penyaluran perharinya 370 metrik ton. Sejauh ini, jika kuota kurang, Pemprov Kalsel mengajukan penambahan ke pemerintah pusat.

“Jika ada permainan atau penyelewengan, silakan lapor ke kontak Pertamina 135 atau aparat setempat, karena kami tidak bisa berspekulasi,” ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved