Book Lover
Memilih Kata-kata Sopan dalam Berbicara dan Menulis
Fairuz, pertama kali suka membaca adalah ketika diterapkan belajar daring. Namun karena bosan berhadapan dengan HP, kemudian beralih membaca buku.
Penulis: Salmah | Editor: R Hari Tri Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Pertama kali suka membaca adalah ketika diterapkan belajar daring. Namun karena bosan berhadapan dengan smartphone, kemudian beralih membaca buku dan terpesona dengan kata-kata dari sastrawan Taufiq Ismail berjudul Dengan Puisi Aku.
Fairuz saat ini lebih suka membaca jenis bacaan mentalis, contohnya kalimat yang indah dapat diresapi atau istilahnya silent reading untuk mengartikan melalui hati kita.
"Biasanya saat sudah lelah dengan banyak kegiatan dan tugas sekolah, saya menyempatkan diri membaca kalimat kalimat indah sebagai referensi dan prinsip hidup saya seperti yang tertera di motto saya," kata pemuda kelahiran Amuntai, 24 Juli 2007 ini.
Siswa SMAN 1 Simpang Empat, Tanahbumbu ini punya motto "berlomba-lombalah menjadi yang terbaik di antara yang baik, karena untuk mendapatkan yang terbaik harus mengorbankan hal-hal baik."
Dalam sehari sampai durasi membaca tidak menentu, pastinya saat merasa cukup atau lelah, barulah berhenti membaca. "Manfaat dirasakan paling signifikan adalah memberikan kosakata baru dan tidak pasaran, dan mengajarkan untuk memilih kata-kata yang sopan untuk disampaikan kepada orang, memberikan saya pelajaran hidup bahwa belajar itu selesainya adalah saat nafas berhenti," kata anggota Pejuang Literasi Tanbu 2024-2026 ini.
Fairuz yang juga Ketua Pelaksana Temu Forum Anak Daerah Kabupaten Tanbu 2024 dan Ketua Divisi Forum Anak Daerah Kabupaten Tanahbumbu 2023-2025, biasanya membeli buku saat perlu, jadi tidak asal beli dan disimpan di lemari.
"Sejauh ini persentase membaca buku antara offline dan online adalah sekitar 70 persen dan 30 persen, dikarenakan saya pelajar aktif, saya biasanya lebih sering membaca buku di perpustakaan sekolah, namun beberapa kali membeli buku secara online karena di tempat saya tidak ada model buku yang saya inginkan," tukasnya.
Adapun koleksi buku yang ada sebagian besar buku simpanan orangtua antara lain tema buku keagamaan, buku akhlak, buku tentang kesehatan.
Saat ini Fairuz juga mengembangkan prestasinya sebagai duta baca dan literasi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. "Juga mengajak masyarakat untuk menjadi bagian dalam perubahan. Mengajak, memberikan inspirasi untuk generasi muda," tandasnya. (dea)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/M-Fairuz-Naufal-Prayoga.jpg)