Opini
Atmosfer Belajar di Pare, Bisakah Diterapkan?
Sebuah kecamatan yang mengguncang Indonesia dengan gebrakannya meningkatkan kemampuan serta keterampilan linguistik berbahasa asing.
Percaya atau tidak, terbukti yang belajar di sini bukan hanya pelajar maupun mahasiswa namun juga dari berbagai kalangan baik itu ibu rumah tangga, ataupun lansia sekalipun ada yang belajar dan tetap tekun hingga mampu berbahasa inggris dengan baik dan benar.
Bahkan pelajar yang dianggap masih kurang dalam berbahasa pun terus dimotivasi dan memberanikan diri agar terus belajar hingga akhirnya bisa dan berani tampil berbahasa asing dengan lancar dan percaya diri.
Atmosfer yang keempat adalah mengangkat kearifan lokal. Citra positif kearifan lokal sangat kental di sini.
Kenapa? Beberapa kursus meminta siswanya pada hari tertentu untuk menggunakan pakaian adat lokal atau yang biasanya disebut sebagai Pakaian Lurik.
Jadi pada hari tersebut, hampir seluruh siswa terlihat menggunakan pakaian adat lokal lengkap dengan blangkon khas Jawa. Para siswa dan pembelajar lain berseliweran di jalan berangkat serta belajar menggunakan pakaian itu. Dengan kata lain, bisa dikatakan Pare sebagai kecamatan yang paling Kearifan Lokal (The Most Local Wisdom). Mereka memperkenalkan langsung pakaian adat dengan makna filosofi yang ada. Secara tidak langsung, siswa yang ada juga belajar budaya khas di sana.
Atmosfer yang kelima adalah cinta lingkungan. Pare sebagai Kampung Inggris menyarankan penggunaan transportasi di sekitar area tersebut menggunakan Sepeda. Brand, dkk (2021) mengungkapkan bahwa mengendarai sepeda sejauh 5 km dapat menekan kadar CO2 di udara sebesar 14 persen dan hanya menghasilkan 0,03 kg CO2 per orang dalam sehari.
Jika satu orang bersepeda dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon, maka bagaimana dengan banyak orang bersepeda di lingkungan pembelajaran seperti di Pare?
Perhitungan dengan kalkulator emisi gas rumah kaca oleh UNFCCC (UNFCCC, 2021), menunjukkan bahwa sekitar 218 Kg CO2 dapat ditekan melalui kegiatannya bersepeda selama 11 bulan atau 0,91 Kg CO2 setiap harinya dibandingkan dengan motor 125 cc – 500 cc menempuh jarak yang sama.
Hal tersebut memiliki sebuah pembelajaran bahwa siswa di Pare secara tidak langsung menjaga dan mencintai lingkungan sekitar dengan menggunakan sepeda untuk transportasi.
Sepeda digunakan sebagai alat transportasi yang murah karena di sekitaran lingkungan tersebut banyak rental sepeda yang menyediakan berbagai macam dan jenis sepeda yang bisa digunakan dengan harga yang terjangkau untuk pembelajar.
Atmosfer yang selanjutnya adalah ekonomi sehat. Atmosfer ini adalah yang sangat vital diantara yang lain.
Dengan banyaknya kursus disana ditambah dengan program yang berjangka baik mingguan atau bulanan, Kampung Inggris Pare sudah membuka peluang untuk memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar seperti adanya penginapan, laundry, rental sepeda, warung makan dan lain-lain.
Semuanya saling berkaitan satu sama lain. Apalagi pada saat musim libur sekolah atau kuliah, penginapan yang ada pun sudah penuh untuk satu minggu bahkan satu bulan ke depan dengan wisatawan dari sabang sampai merauke bahkan ada juga yang dari luar negeri untuk belajar Bahasa Indonesia di tempat ini.
Semua atmosfer tersebut tidak bisa terwujud secara instan, namun harus direncanakan dengan matang dan harus istiqamah.
Ditambah lagi dengan kekompakan dan gotong royong serta urun rembug yang solid agar mampu meneruskan tren positif kesuksesan seperti Kampung Inggris Pare yang mampu memiliki ciri khas dan mengangkat berbagai atmosfer belajar yang unik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.