Btalk

Pengamat Politik Asal FISIP  ULM Sebut Paslon Tunggal Lebih Berpeluang Menang di Pilkada 2024

Beberapa pasangan calon (paslon) kepala daerah di Kalsel bakal menghadapi kotak kosong di Pilkada 2024. Di Tanahbumbu dan Balangan misalnya. 

Penulis: Frans Rumbon | Editor: Edi Nugroho
Banjarmasinpost.co.id/fran rumbon
Jurnalis BPost Achmad Maudhody mengulasnya bersama pengamat politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Pathurrahman Kurnain dalam program Tribun Series Suara Rakyat, Selasa (12/11) sore. 

BANJARMASINPOST.CO.ID-Beberapa pasangan calon (paslon) kepala daerah di Kalsel bakal menghadapi kotak kosong di Pilkada 2024. Di Tanahbumbu dan Balangan misalnya. 

Di sana,hanya ada satu paslon yang terdaftar. Sedangkan di Banjarbaru, satu paslon dinyatakan gugur oleh KPU setempat berdasar rekomendasi Bawaslu Kalsel

Akankah para paslon itu akan menang mudah atau justru dikalahkan kotak kosong. Strategi apa yang harus dilakukan paslon untuk bisa menaklukkan kotak kosong? Apa dampaknya bila kotak kosong yang menang?

Jurnalis BPost Achmad Maudhody mengulasnya bersama pengamat politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Pathurrahman Kurnain dalam program Tribun Series Suara Rakyat, Selasa (12/11) sore.

Baca juga: 1 Kilo Lebih Sabu Gagal Beredar di Batola, 2 Kurir Diringkus Polisi, Berikut Kronologi Penangkapan

Baca juga: Lima Desa di Tanahbumbu Kalsel Akan Gelar Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu 

Pembahasan ditayangkan di akun YouTube Banjarmasin Post News Video, Facebook BPost Online dan Instagram @banjarmasinpost. Berikut petikannya:

Kenapa harus ada kotak kosong dalam kontestasi demokrasi kita ?

Memang prosedur demokrasi itu selalu mencari metode yang tepat untuk memberikan rakyat pilihan. Jadi meskipun kotak kosong akhirnya hadir sebagai representasi dari hanya ada satu paslon, tetapi sistem pemilu kita tetap memberikan pilihan. Itu adalah mekanisme demokrasi yang menurut banyak ahli politik memberikan masyarakat pilihan agar tidak memilih kandidat yang tidak mereka setujui.

Kenapa ketika hanya ada satu paslon, tidak langsung dilantik atau dimenangkan ?

Kalu seperti itu akan sangat rentan dimonopoli kekuatan-kekuatan politik tertentu sehingga rakyat tidak memiliki pilihan. Kalau dimonopoli dan langsung mendapatkan legitimasi, maka secara politik hukum demokrasi tidak berjalan. Jadi bukan berarti ketika hanya ada satu paslon demokrasi tidak berjalan.

Di Kalsel, ada tiga kabupaten/kota yang paslonnya akan menghadapi kotak kosong. Apa penyebabnya ?

Untuk di Banjarbaru kan awalnya ada dua paslon, namun kemudian satu didiskualifikasi. Iini merupakan sebuah dinamika. Sedangkan di Tanahbumbu dan Balangan kan sejak awal tidak ada kandidat lain yang ingin menantang paslon yang sudah siap maju. Selain itu dukungan dari parpol hanya terpusat pada satu paslon. Sedangkan untuk maju melalui jalur independen oleh kandidat lain akan sulit dipenuhi persyaratannya.

Apakah munculnya kotak kosong di Pilkada menjadi bagian strategi politik untuk menang atau karena kondisi masing-masing daerah ?

Saya pikir dua-duanya benar.

Apakah dinamika pemilih dan hasilnya akan berbeda nantinya?

Secara teoritik paslon tentunya sudah memiliki tim sukses, kemudian didukung oleh parpol yang juga mempunyai mesin politik. Sedangkan kotak kosong tidak, sehingga di Kalsel kemungkinan dimenangkan oleh paslon. Jika pemilih yang berorientasi dengan program, tentunya mereka akan memilih yang orangnya ada programnya dan bisa ditagih.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved