Sport

Cabor O2SN 2025 Dipangkas, Guru dan Atlet di Kalimantan Selatan Kecewa

Keputusan pengurangan cabang olahraga (cabor) di O2SN 2025 menuai kekecewaan di kalangan guru olahraga dan atlet pelajar Kalsel

|
Istimewa
Renang - Narendra saat ikuti O2SN saat ikut lomba renang tahun 2023 saat dirinya SMP dan juara 3 gaya kupu-kupu. 

BANJARMASINPOST CO.ID, BANJARBARU - Keputusan pengurangan cabang olahraga (cabor) di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2025 menuai kekecewaan di kalangan guru olahraga dan atlet pelajar di Kalimantan Selatan

Khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dari lima cabor yang sebelumnya dipertandingkan atletik, bulu tangkis, pencak silat, karate, dan renang tahun ini hanya tersisa dua, yakni karate dan pencak silat.

Meskipun belum ada pernyataan resmi dari pihak penyelenggara, Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), informasi mengenai pengurangan cabor ini telah beredar di lingkungan sekolah, memicu reaksi beragam dari para guru dan atlet yang telah mempersiapkan diri sejak lama.

Guru olahraga SMAN 2 Banjarbaru Muhammad Ihsan yang akrab disapa Pak Ichan, mengaku kecewa dengan keputusan ini.

"Tahun lalu, SMAN 2 Banjarbaru mengikuti semua cabor yang dipertandingkan di O2SN, meskipun hanya atletik yang berhasil lolos ke tingkat nasional. Tahun ini, melihat cabor SMA yang hanya ada dua, kami sebagai guru olahraga sangat menyayangkan keputusan tersebut," ungkapnya, kepada BPost, Selasa (18/3/2025).

Baca juga: Cabor O2SN 2025 Dipangkas, Kadisdik Banjarbaru : Masih Dirumuskan

Baca juga: Perenang Pelajar Kalsel Kecewa, Kemendikdasmen Kurangi Cabor O2SN

Menurutnya, pengurangan ini terasa seperti kemunduran, mengingat kondisi serupa pernah terjadi saat pandemi COVID-19.

"Kami sudah menyiapkan anak didik untuk bertanding di berbagai cabor, terutama atletik, renang, dan bulu tangkis. Begitu mendengar kabar ini, tentu saja kami kecewa," tambahnya.

Senada dengan Ihsan, guru olahraga dari SMA Negeri 7 Banjarmasin, M Tami Rosadi Ahwan menilai pengurangan cabor O2SN 2025 sangat merugikan atlet pelajar yang telah berlatih keras.

"O2SN adalah ajang yang selalu dinantikan siswa. Ini bukan hanya sekadar lomba, tetapi juga jalan bagi mereka untuk berprestasi di tingkat nasional. Dengan hanya mempertandingkan dua cabor, banyak siswa kehilangan kesempatan yang seharusnya mereka dapatkan," tegasnya.

Dia berharap keputusan ini bisa dikaji ulang agar O2SN tetap menjadi ajang pembinaan bagi atlet muda.

Bagi para atlet pelajar, kabar ini menjadi pukulan berat. Narendra Adinata Hapriansyah, siswa kelas 10 SMA 2 Banjarbaru, telah berlatih renang sejak SD dan rutin mengikuti O2SN.

"Saya mulai ikut O2SN sejak kelas 2 SD, dan tahun lalu saya juara 3 gaya kupu-kupu. Tahun ini, saya sudah meningkatkan intensitas latihan menjadi enam kali seminggu demi persiapan O2SN. Jadi, saat mendengar kabar ini, tentu saya sangat kecewa," tuturnya, Selasa (18/3/2025).

Narendra menambahkan keputusan ini bukan hanya mengecewakan atlet, tetapi juga orang tua yang telah mendukung anak-anak mereka dengan penuh pengorbanan.

Kekecewaan serupa juga dirasakan Sheriil Fajar Aqila Putri, siswi kelas XI-5 jurusan kesehatan di SMA 2 Banjarbaru, yang selama ini fokus di cabor atletik.

"Saya sebenarnya baru pertama kali ikut O2SN tahun ini. Tapi dulu pernah ikut seleksi Popda di Barito Kuala untuk cabor atletik. Karena O2SN atletik tidak ada tahun ini, saya jadi harus mencari kompetisi lain agar tetap bisa bertanding," jelasnya.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved