Serambi Ummah

Mitos Safar Bulan Sial, MUI: Semua Bulan dan Hari Baik

Beberapa masyarakat berkeyakinan, Safar merupakan bulan bala yang mendatangkan banyak kesialan dan musibah. Begini pandangan Islam.

Penulis: Muhammad Fikri | Editor: Mariana
istimewa
BULAN SAFAR - Ilustrasi Bulan Safar. Beberapa masyarakat berkeyakinan, Safar merupakan bulan bala yang mendatangkan banyak kesialan dan musibah. Begini pandangan Islam. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Dalam kalender Hijriah, bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam. Beberapa masyarakat berkeyakinan, Safar merupakan bulan bala yang mendatangkan
banyak kesialan dan musibah.

Mereka pun melakukan amalan-amalan tertentu guna menghindari bala tersebut. Misalnya membuat kenduri, berpuasa, mandi safar dan masih banyak lainnya.

Menurut Muhammad Hidayatullah, Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tanahbumbu, Allah Subhannahu Wa Ta’ala berfirman,”Dalam setahun ada 12 bulan yang berputar selama setahun dan itu diciptakan Allah ketika menciptakan langit dan bumi. Dari 12 bulan itu, ada beberapa bulan yang dihormati atau dimuliakan.

Bulan-bulan mulia itu disebutkan tiga secara berurutan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam, serta satu bulan yang berdiri sendiri, yaitu Rajab.

Ditanya, apakah memang Safar itu menjadi momen untuk mawas diri bagi muslim agar selalu selamat, Muhammad Hidayatullah mengatakan, semua hari, semua waktu, semua bulan, bahkan semua tahun, kita diperintahkan untuk mawas diri. Baginda Nabi sangat melarang kita menyandarkan kesialan kepada benda dan waktu.

Baca juga: Larangan Nabi SAW Safar Disebut Bulan Sial, Masa Jahiliyah Memperlakukan Khusus 

Baca juga: Kiprah H Nurkhalis Jadi Penghulu 23 Tahun di Kotabaru: Tanamkan Kesiapan Mental

Hal ini sebagaimana disampaikan sahabat mulia Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Sayyidina Umar Bin Khattab.

Beliau mengambil sumber utama dari Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang bersabda, ”Hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung di hadapan Allah”. Mawas diri berarti menjaga perhatian. “Kalau kata orang Banjar, ‘baapik’ atau berhati-hati, itu diharuskan bukan hanya di bulan Safar,” katanya.

Dikatakannya, selama tradisi itu tidak menentang hukum syariat, tidak dipermasalahkan. Namun, yang menjadi soal adalah sebagian saudara kaum muslimin melakukan tolak bala di bulan Safar dengan mandi ke sungai atau pemandian.

Sampai di situ, belum terjadi sesuatu yang menentang syariat. Yang menjadi masalah adalah ketika melaksanakannya bercampur antara laki-laki dan perempuan
bukan mahram. Ini melawan hukum syariat. Tradisi seperti ini tidak dibenarkan.

“Sementara berdoa atau mengamalkan amalan yang dikerjakan orang tua terdahulu, seperti membaca Yasin kemudian diulang sampai 313 kali. Angka 313 itu untuk menyamakan seperti jumlah sahabat pahlawan Perang Badar. Itu namanya ‘tabarukan tafaulan’. Kalau yang seperti itu, tidak jadi masalah,” katanya.

Terkait amalan-amalan di bulan Safar, beliau mengatakan, bukan hanya bulan Safar, semua bulan yang berputar selama setahun yang jumlahnya ada 12 bulan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, yang harus diperbuat orang-orang Islam
tentunya berusaha untuk menjadikan diri menjadi orang yang taat, jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai Allah.

Dan tidak ada bulan sial atau hari sial. Semua bulan dan hari dalam Islam adalah baik.

Sebagaimana yang disampaikan Baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, bulan Safar itu sama seperti bulan-bulan yang lain.

‘Jangan kalian takut, jangan kalian gentar,’ meskipun sebagian ulama, sebagian guru-guru kita, menyatakan bulan Safar itu bulan turunnya bala. Bahkan dikatakan pada Rabu terakhir, menurut para ulama yang dibukakan hijab (melihat bala) oleh Allah, turun puluhan ribu bala bahkan lebih.

Tetapi guru-guru, bahkan di Rabu terakhir bulan Safar sekalipun atau disebut dengan orang Rabu Pungkasan atau Arba Mustamir. Di saat orang-orang dulu takut, para guru-guru justru keluar dari rumahnya, keluar dari tempat tinggalnya membawa anak istrinya berjalan-jalan. Namun, jalan-jalan yang syariah dan tidak menentang hukum syariat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved