Kabar Kaltim

Ada Lebam di Kantung Mata, Pria Down Syndrome di Samarinda Diduga Meninggal tak Wajar

Kematian pria berkebutuhan khusus Down Syndrome itu memicu kecurigaan keluarga karena adanya lebam berwarna biru keunguan pada

Editor: Edi Nugroho
TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS AGUNG
KEMATIAN MISTERIUS - Saat tim Inafis Satreskrim Polresta Samarinda mendatangi TKP, kemudian membawa jasad Herman ke rumah sakit untuk dilakukan visum serta autopsi di RSUD AW Sjahranie, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.  Ada Lebam di Kantung Mata, Pria Down Syndrome di Samarinda Diduga Meninggal tak Wajar 

BANJARMASINPOST.CO.ID, SAMARINDA - Ada lebam di kntung mata, pria down syndrome di Samarinda diduga meninggal tak wajar.

Kematian pria berkebutuhan khusus Down Syndrome itu memicu kecurigaan keluarga karena adanya lebam berwarna biru keunguan pada bagian kantung mata sebelah kiri yang diduga akibat tindak penganiayaan.

Salah satu keluarga yaitu kakak kandung Herman pun memberanikan diri melaporkan ke Polsek Samarinda Seberang pada Senin, 4 Agustus 2025, sekitar pukul 09.00 Wita.

Seorang pria berusia 39 tahun bernama Herman yang memiliki kebutuhan khusus Down Syndrome ditemukan meninggal dunia secara tidak wajar di rumah kakaknya di Jalan Rukun Gang Mulya, RT 14, Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

Baca juga: Bikin Penjudi Seolah Kalah Berjudi, Penggendam di Jawa Tengah Kuras Rekening Hingga Ludes Rp2 Miliar

Baca juga: Sekelompok Pemuda Terekam Bawa Sajam di Pasar Ulin Banjarbaru, Polsek Lianganggang: Kita Cari Pelaku

Kapolsek Samarinda Seberang, AKP Baihaki, menjelaskan laporan dari keluarga korban atas kematian pria 39 tahun itu diduga adanya tindak penganiayaan. 

Polsek Samarinda Seberang kemudian berkoordinasi dengan tim Inafis Satreskrim Polresta Samarinda guna mengolah Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengidentifikasi jasad Herman, yang saat itu telah disemayamkan di rumah kakaknya dan selanjutnya jasad Herman dilakukan visum serta autopsi di RSUD AW Sjahranie.

Berdasarkan keterangan pelapor yakni Jahri (41), kakak ketiganya menyebutkan bahwa sebelumnya Herman tinggal bersama kakak keduanya bernama Fitriani (49), yang tinggal bersama suaminya di kawasan Jalan APT Pranoto, Kelurahan Gunung Panjang, Samarinda Seberang.

"Sejak dua hari yang lalu mengalami demam, yang menyebabkan adiknya tersebut tidak bisa makam dan minum," tuturnya. 

Kemudian pada Minggu malam, 3 Agustus, sekitar pukul 20.30 Wita, Fitriyani dan suaminya mengantar Herman ke rumah kakaknya, Salasyah, di lokasi kejadian.

Saat itu, mata kiri Herman terlihat mulai membiru seperti luka lebam, meskipun masih samar. 

Kondisi Herman yang terus melemah, lalu mengeluarkan air liur dari mulut serta muntah-muntah saat diberi makan dan minum membuat keluarganya sekira pukul 22.00 Wita, memanggil perawat (mantri) untuk memeriksa kondisi Herman, namun saat tenaga medis datang hanya diberikan obat penurun panas.

"Mantri yang memeriksa kondisi Herman memberi satu jenis obat penurun panas, yang membuat Herman tertidur hingga lewat waktu Subuh," katanya. 

Kakaknya Salasyah yang hendak melaksanakan salat Subuh dan sempat menengok Herman yang terlihat mengorok dengan mulut mengeluarkan air liur.

Ketika kakak pertamanya memanggil Fitriyani untuk memberi minum Herman, tidak lama kemudian Herman yang posisi duduk sudah tidak bernapas lagi.

Meskipun demikian, laporan kematian Herman oleh keluarga korban di Polsek Samarinda Seberang  pun belum bisa dipastikan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved