Dopamin yang dilepaskan tubuh bisa membuat seseorang merasa senang yang berlebihan, sehingga tak jarang membuat orang berteriak histeris bahkan sampai menangis yang sering disebut dengan tangisan bahagia karena berhasil bertemu dengan idolanya.
Pada remaja biasanya terjadi fluktuasi hormon di dalam tubuhnya sehingga tak jarang emosi yang ditimbulkannya lebih meluap-luap ketimbang orang yang sudah dewasa, karena itu remaja akan memberikan reaksi berlebihan saat bertemu idolanya.
Sementara itu umumnya industri musik memberikan fantasi yang lebih pada anak perempuan misalnya dengan mempromosikan bintangnya secara manis, terlihat sangat tampan atau justru berwajah imut yang membuat perempuan semakin tergila-gila.
Anak laki-laki sebenarnya juga bisa mengembangkan selera musik, tapi remaja perempuan jauh lebih mungkin untuk tergila-gila dengan ideolanya. Hal ini karena mereka sadar akan perasaan romantis dan seksual yang bisa memabukkan.
Sedangkan anak laki-laki lebih cenderung mengikuti perkembangan atlet favoritnya dan tidak ingin melewatkan pertandingan yang dimainkan si atlet serta hingga meniru gayanya yang kadang sampai terbawa hingga dewasa.
Meski begitu para ahli mulai merasa khawatir dengan penggemar yang terlalu histeris dan emosional ini bisa membuatnya jadi penguntit. Serta bisa mengabaikan pekerjaan sekolahnya serta kehidupan sosial karena bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer.
"Perilaku semacam ini adalah tidak sehat, karena tidak ada sedikit pun tahapan perkembangan normal atau yang sehat dari Bieber fever dan ekstremisme remaja lainnya," ujar psikolog Robert Epstein penulis buku 'Teen 2.0: Saving Our Children and Families from the Torment of Adolescence'.
Baca juga: Tindakan Verrell Bramasta Kala Venna Melinda Akan Menikahi Ferry Irawan, Aktor PuPa Pergi ke Amerika
Baca juga: Akhirnya Amanda Manopo Bicara Soal Rencana Nikah Usai Isu Dapat Pengganti Billy Syahputra
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post
(Banjarmasinpost.co.id/Kristin Juli)