Religi

 Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Cara Orang Beriman Mendidik Anak, Hal Ini yang Dilakukan

Penulis: Mariana
Editor: Irfani Rahman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Adi Hidayat terangkan mengenai cara orang beriman atau tokoh Islam terdahulu dalam mendidik anak-anak mereka.

BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan cara orang beriman atau tokoh Islam terdahulu dalam mendidik anak-anak mereka.

Diterangkan Ustadz Adi Hidayat, tingkah laku atau perbuatan yang baik termasuk bekerja atau mencari nafkah dengan cara halal dan baik maka kebaikan itu akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada perkembangan anak.

Selain itu, tak kalah penting Ustadz Adi Hidayat menuturkan doa yang dipanjatkan dari orangtua bisa jadi akan terkabul dan memberikan hal positif bagi anak.

Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bagi para orangtua sebaiknya berpikir dahulu sebelum melakukan perbuatan buruk, yang bisa jadi akan berimbas kepada anak pula di kemudian hari.

Baca juga: Ustadz Adi Hidayat Urai Bisikan Setan yang Jarang Disadari, Dikemas Lewat Sifat Ini

Baca juga: Kumpulan Doa Saat Terjadi Hujan, Ustadz Adi Hidayat Jabarkan Keutamaannya

Peran orangtua sangat besar dan vital bagi tumbuh kembang anak, bisa menjadi teladan dan cerminan anak-anak terlebih pada perilaku sehari-hari.

Mendidik dan mengasuk anak bagi umat muslim, sudah sepatutunya berlandaskan aturan atau syariat Islam.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan ada rezeki yang Allah titipkan lewat orangtua dan akan menyambung ke anak.

"Ayah bekerja, anak dapat bagiannya, kalau si ayah mendapatkan pekerjaan itu dengan cara yang baik, kebaikannya menular ke anak, dan tidak hanya ke anak, kadang ke cucu dan cicit," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Ustadz Adi Hidayat pun menceritakan kisah Imam Syafi'i, gurunya adalah Imam Hambali dan muridnya Imam Malik, dikenal luas luar biasa, kitabnya sampai sekarang mazhabnya menyebar, ketaatannya luar biasa.

Nama asli dari Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris, As-Syafi'i itu kakek di atasnya, kakeknya orang yang shaleh, atau orang yang taat dan alim, harta yang didapatkan baik, rezekinya bagus.

"Berdoa minta kemulian kepada Allah, yang jadi ulama siapa? Cucunya, sehingga orangtua yang sekarang bekerja dengan benar lalu berdoa jadikan anak-anaknya ahli hadist, ahli Quran, anak yang shaleh, washilah doa tersebut yang bisa jadi mengantarkan boleh jadi di anaknya atau cucunya, yang berdoa mungkin tak hafal Quran, namun washilah doa dan harta yang halal itu menjadikan anak sukses," terang Ustadz Adi Hidayat.

Jika tidak anak, maka lahirlah cucu, yang ternyata pecinta Alquran, dan cucu itu menjadi ahli Quran boleh jadi tidak hanya ikhtiar orangtuanya saja mungkin misal hanya 30 persen, 70 persennya doa kakeknya.

Sehingga Ustadz Adi Hidayat menyebut tidak ada yang sia-sia dalam amalan, sebaliknya keburukan yang dikerjakan oleh orangtua sepanjang ada anak yang diasuh, waspada anak bisa mendapatkan bagian buruknya.

"Walaupun di akhirat hisabnya masing-masing, di dunia dampaknya sampai, tolong para ayah dan ibu bertutur yang baik, berperilaku yang baik, kalau ingin berbuat yang tidak baik, terpikir atau digoda oleh orang lain untuk berbuat tidak baik, tolong ingat anak-anaknya," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Baca juga: Ustadz Abdul Somad Urai Bacaan Sholat Sunnah Hajat, Begini Tata Caranya

Baca juga: Ustadz Abdul Somad Jabarkan Larangan-larangan saat Haji dan Umroh, Berikut Rukunnya

Karena jika orangtua melakukan keburukan, anak-anak yang kadang kena dampaknya. Misalnya bapaknya korupsi, anaknya yang dibully hingga takut berangkat ke sekolah.

Sebab itu bisa berpikir terlebih dahulu jika ingin berbuat maksiat, pikirkan keluarga.

"Bagi para ibu-ibu bisa ingatkan suaminya saat berangkat kerja, hal ini dilakukan orang-orang shalehah zaman dulu yang membisikkan kalimat-kalimat nasihat kepada suaminya dan terjaga dari maksiat," kata Ustadz Adi Hidayat.

Potensi maksiat akan terus terjadi karena setan-setan terus menggoda. Para orangtua pun bisa meniru cara orang-orang muslim terdahulu dalam mendidik anak.

Di masa lampau, Ustadz Adi Hidayat menyebut para ilmuwan muslim berjaya dengan sejumlah teori ilmu yang telah dipraktikkan hingga kini.

Ilmu Sains telah dijabarkan dalam Alquran, hal ini yang mendasari penemuan-penemuan ilmuwan muslim zaman dulu.

Salah satu ayat yang menjelaskan tentang fakta sains adalah Surah At-Tur ayat 6.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan tembok-tembok tidak akan menjadi bangunan mesjid secara utuh jika tidak ada ilmu kimia.

"Cara memadatkan semen itu pakai ilmu kimia, siapa yang menemukan kimia? Siapa yang menemukan atomnya? Anak-anak sekolah saat ini tahunya adalah Jhon Dalton, padahal Jhon Dalton belajar dari orang sebelumnya yang menemukan atom pertama kali bernama Jabir Bin Hayyan," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Baca juga: Buya Yahya Jelaskan Sedekah Mempercepat Terkabulnya Doa, Hal Ini Sebaiknya Turut Dilakukan

Baca juga: Ustadz Khalid Basalamah Beberkan Cara Didik Anak agar Terhindar dari LGBT, Ajarkan Hal Ini

Ustadz Adi Hidayat mengatakan Jabir Bin Hayyan menemukan atom saat membaca Alquran Surah Al-Hadid 25-26.

Surat Al-Hadid Ayat 25-26

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَأَنزَلْنَا ٱلْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلْغَيْبِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَٰهِيمَ وَجَعَلْنَا فِى ذُرِّيَّتِهِمَا ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلْكِتَٰبَ ۖ فَمِنْهُم مُّهْتَدٍ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

Laqad arsalnā rusulanā bil-bayyināti wa anzalnā ma'ahumul-kitāba wal-mīzāna liyaqụman-nāsu bil-qisṭ, wa anzalnal-ḥadīda fīhi ba`sun syadīduw wa manāfi'u lin-nāsi wa liya'lamallāhu may yanṣuruhụ wa rusulahụ bil-gaīb, innallāha qawiyyun 'azīz. Wa laqad arsalnā nụḥaw wa ibrāhīma wa ja'alnā fī żurriyyatihiman-nubuwwata wal-kitāba fa min-hum muhtad, wa kaṡīrum min-hum fāsiqụn

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.

"Penasaran dengan ayat itu, maka Jabir membawa besi ke laboratorium, dilihat, diamati, dan dikeluarkan atomnya. Maka dari situ muncul nama besi Fe (Ferum), nomor atom besinya 26, besi punya isotop yang menjaga kestabilan atom supaya kokoh, dengan nomor isotop 57, ini menandakan surah ke-57 ayat 25-26," paparnya.

UAH sapaan akrabnya berguyon, perbedaan ilmuwan zaman dulu dan sekarang, orang-orang dulu ke mesjid membaca Alquran menemukan sesuatu, sedangkan orang saat ini ke mesjid baca Alquran kehilangan sendal.

Selanjutnya ada ilmuwan Ibnu Sina atau Avicenna, yang hafal Alquran, paham tafsir, jadi dokter muda secara otodidak saat berusia 15 tahun.

"Bagaimana bisa cerdas begitu? Beliau datang ke mesjid, jika lupa shalat dua rakaat dan langsung ingat apa yang ingin diingat, perbedaan dengan zaman sekarang baru takbir sudah ingat apapun yang tidak ingin diingat," ucapnya.

Maka umat muslim harus berhati-hati dengan setan yang menggoda saat shalat yaitu setan khanzab. Kata Nabi SAW, jika orang sudah bertakbir setan akan menggoda.

Baca juga: Buya Yahya Jabarkan Solusi Bersuci Orang Sakit saat Ingin Sholat, Sesuai Aturan Syariat

Baca juga: Ceramah Ustadz Adi Hidayat Urai Alasan Tato Dilarang dalam Islam, Seni yang Bukan Pada Tempatnya

Karena itu agar menciptakan anak yang cerdas dan shaleh bak ilmuwan muslim zaman dulu, orangtua yakni ayah dan ibunya harus shaleh dan shalehah.

Kesimpulan dari penjelasan Ustadz Adi Hidayat, orang-orang yang cerdas zaman dulu adalah sebagian besar penghafal Alquran, karena itu meski mendalami ilmu umum, belajar membaca dan mengkaji Alquran penting dan utama bagi umat muslim.

Simak Videonya

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post

Berita Terkini