Kabar Kaltim

Dugaan MBG Basi di SMA Negeri 13 Samarinda Kaltim, Satgas: Kemungkinan Kesalahan Metode Pengemasan 

Dugaan Makanan Bergizi Gratis (MBG) basi di Samarinda Kaltim, Satgas:  kemungkinan kesalahan metode pengemasan.

Editor: Edi Nugroho
TribunKaltara.com / Desi Kartika Ayu
PROGRAM MBG – Ilustrasi: Hanna Siswi SMAN 1 Tanjung Selor Sebut Program MBG Bisa Ngirit Uang Saku, Senin (1/9/2025). Sejumlah Siswa di SMAN 1 Tanjung Selor Kaltara Santap Menu MBG Hitungan Menit 

BANJARMASINPOST.CO.ID, SAMARINDA - Dugaan Makanan Bergizi Gratis (MBG) basi di Samarinda Kaltim, Satgas:  kemungkinan kesalahan metode pengemasan.

Hasil identifikasi awal Satgas MBG Kota Samarinda  menunjukkan adanya kemungkinan kesalahan pada metode pengemasan yang memicu makanan menjadi cepat basi. 

Suwarso pun mengaku telah berkoordinasi langsung dengan pihak sekolah. Ia membenarkan bahwa sebagian besar makanan memang dalam kondisi yang kurang layak dikonsumsi, sehingga membuat siswa enggan memakannya. 

Baru-baru ini, muncul kabar kurang menyenangkan terkait Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Samarinda.

Baca juga: Mantan Sekda Balangan Resmi Ditahan Kejaksaan, Jadi Tesangka Dana Hibah Majelis Taklim di Bungin 

Baca juga: Gelar Job Fair 2025, Diskopkumker Klaim Angka Pengangguran di Banjarmasin Alami Penurunan

Salah satu sekolah penerima manfaat, SMA Negeri 13 Samarinda, dilaporkan mengalami persoalan pada Agustus 2025 lalu lantaran menu MBG yang diterima siswa diduga dalam kondisi basi.

Kejadian ini pun mendapat perhatian serius dari Satgas MBG Kota Samarinda.

Saat dikonfirmasi, Plt Asisten I sekaligus Ketua Tim Satgas MBG Samarinda, Suwarso, menegaskan bahwa pihaknya langsung melakukan evaluasi menyeluruh.

Menurutnya, dua hari sebelum kabar tersebut mencuat, Satgas sebenarnya telah mengumpulkan seluruh vendor serta ahli gizi untuk diberikan arahan teknis.

“Sebetulnya sebelum ada info mengarah ke basi itu, dua hari sebelumnya seluruh vendor dan ahli gizi sudah diberikan materi oleh Satgas MBG untuk melakukan pencegahan-pencegahan, termasuk kualitas makanan, packing, batas waktu pengantaran sampai waktu dikonsumsi. Itu diberikan arahan dari pemateri Dinkes, sudah dikumpulkan semua termasuk vendor kurang lebih 13 SPPG,” jelas Suwarso pada TribunKaltim, (17/9/2025). 

Hasil identifikasi awal menunjukkan adanya kemungkinan kesalahan pada metode pengemasan yang memicu makanan menjadi cepat basi. 

Suwarso pun mengaku telah berkoordinasi langsung dengan pihak sekolah. Ia membenarkan bahwa sebagian besar makanan memang dalam kondisi yang kurang layak dikonsumsi, sehingga membuat siswa enggan memakannya. 

“Akhirnya dievaluasi dan penggantinya sebagian anak-anak ke kantin,” ujarnya.

Sebagai bagian dari tindak lanjut, sejumlah fasilitas kesehatan diantaranya Puskesmas Remaja dan Temindung bersama pengawas provinsi juga turun ke lapangan untuk memastikan kasus serupa tidak terulang. 

Mengingat evaluasi ketat dalam MBG harus dilakukan, mulai dari waktu penyiapan hingga batas maksimal konsumsi, yaitu lima jam setelah makanan selesai dimasak. Suwarso mencontohkan salah satu potensi risiko yang kerap terjadi. 

“Contoh seperti nasi goreng, kalau itu terlalu lembek nasinya itu juga berisiko basi, karena masih panas terus menguap dan jika dalam keadaan tersebut langsung ditutup ya pasti gampang basi. Itu juga sudah diberi arahan semua,” ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved