Kisah Sukses Pelari Cilik dari Kertakhanyar Banjar, Rela Potong Rambut Hingga Dikira Laki-laki

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU- Saat sebagian besar anak seusianya masih tidur atau menatap layar ponsel, gadis kecil bernama Hanasya Vega Calandra ini memilih jogging di sekitar rumahnya di Kecamatan Kertakhanyar Kabupaten Banjar.

“Kalau pagi lari dulu satu jam, baru sekolah,” ucap bocah kelahiran 14 November 2016 ini.

Hanasya, yang sebentar lagi berusia sembilan tahun, bahkan punya jadwal latihan lari seperti atlet dewasa.

Latihan keras dan disiplin yang tinggi membuat tubuh siswi SDN Manarap Lama 2 Kelas 3B ini tampak lebih keras. Ditambah potongan rambut pendek, Hana –demikian dia biasa disapa– kerap dikira laki-laki.

Tekad yang keras pun membuatnya menaiki podium juara Honda Trio Run 2025 kategori pelajar perempuan jarak 5 kilometer, yang berlangsung di kawasan kantor Pemprov Kalsel, Kota Banjarbaru, Minggu (26/10) pagi. Hana mengalahkan pelari lain yang tubuhnya jauh lebih tinggi dengan catatan waktu 00:25:07.

Baca juga: Hanasya, Pelari Cilik 8 Tahun Asal Kertak Hanyar, Juara 1 Female Student 5K di Honda Trio Run 2025

Baca juga: Daftar Para Finisher pada Honda Trio Run 2025 Berbagai Kategori, Cek Juga Catatan Waktunya

Mengulik latar belakangnya, Hana tumbuh di keluarga sederhana di Kertakhanyar. Ibunya, Yeni Mulyani, merupakan pekerja keras yang percaya kesehatan dan disiplin merupakan harta tidak ternilai.

“Saya kuatkan olahraganya dari kecil. Daripada main hape terus di rumah, lebih baik Hana olahraga,” kata Yeni saat ditemui selepas mendampingi putrinya latihan sore di Lapangan Batalyon 623, Sungaiulin, Banjarbaru, Senin (27/10).

Darah atlet memang mengalir kuat di tubuh Hana dan Yeni. Kakek Hana dulu atlet tinju Kalsel. Sedangkan neneknya pernah memperkuat tim basket dan voli Kalsel.

“Tapi yang paling penting, saya mau Hana sehat dan punya masa depan. Kalau bisa sampai level nasional. Siapa tahu bisa dapat beasiswa kuliah,” harap Yeni.

Di rumah, Hana menjalani pola hidup disiplin layaknya atlet profesional. Ia tidak pernah memegang hape, tidur cukup, makan dengan pola gizi seimbang, dan selalu menuruti pelatih serta orangtua. “Kalau pelatih suruh 10 kilometer, ya dia lari 10 kilometer. Bahkan menanjak ke Mandiangin pun dia nggak pernah mengeluh,” kata Yeni.

Yeni pun bercerita dulu Hana punya rambut panjang. Tapi sejak menekuni atletik, Hana memutuskan untuk memotongnya pendek.

“Katanya rambut panjang bikin berat waktu lari. Saya bawa ke salon perempuan, nggak cocok. Akhirnya disarankan kakaknya ke barbershop, ternyata cocok,” ungkap Yeni sambil ketawa.

Sejak saat itu, penampilan Hana berubah. Wajah kecil, rambut pendek, kulit legam karena sering latihan di bawah matahari membuat banyak orang salah kira terhadap Hana. “Sering dikira laki-laki, padahal perempuan,” ucap Yeni.

Di balik itu semua, ternyata bakat Hana pertama kali terlihat serius saat seleksi Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) 2025. Hal itu disampaikan pelatih Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Banjar, Rahmawati.

“Awalnya waktu seleksi, dia belum saya pegang langsung, masih latihan mandiri di Banjarmasin. Tapi waktu itu sudah bisa mengimbangi anak-anak cowok,” terang Rahmawati.