Berita Tanah Bumbu

En-dhog Hasilkan Omzet Rp 75 Juta Per Bulan, Diberi Tanggal Kedaluwarsa Agar Dipercaya

latar belakang pemilihan usaha telur asin didasari beberapa pertimbangan. Terutama bahan baku yang melimpah

Penulis: Muhammad Fikri | Editor: Ratino Taufik
Banjarmasin post/Muhammad Fikry Syahrin
TELUR ASIN - Telur asin En-dhog tengah dalam proses pengepakan 

BANJARMASINPOST, BPOST - Sebelas tahun sudah Mariam berusaha. Berbekal ilmu yang didapat saat kuliah, usaha telur asin dengan nama En-dhog dijalankannya sejak November 2014.

Usaha miko kecil dan menengah (UMKM) di Kelurahan Gunung Tinggi, Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanahbumbu ini memperlihatkan lonjakan yang signifikan. Jika pada masa perintisan kapasitas produksi hanya dua rak per minggu, kini mampu memproduksi 150 rak atau 4.500 butir.

Peningkatan kapasitas ini berbanding lurus dengan hasil finansial yang diraih. En-dhog saat ini mencatat omzet bulanan sekitar Rp 72 juta. Padahal modal awalnya hanya Rp150 ribu.

Disampaikan Mariam, latar belakang pemilihan usaha telur asin didasari beberapa pertimbangan. Terutama bahan baku yang melimpah, kompetitor yang belum banyak.

Selain aspek bisnis, dia memiliki visi mulia yakni ingin memberdayakan tenaga kerja wanita di sekitar rumah.

Mariam memahami cara memproduksinya di bangku kuliah S1 Peternakan. Namun, ia mengakui banyak pengetahuan berharga melalui pengalaman dan kegagalan. Ia menyadari bahwa proses pembuatan telur asin memiliki banyak titik kritis yang baru terkuak setelah bisnis dijalankan.

Dalam merintis usaha, tiga faktor dianggap paling krusial. Pertama, fokus pada proses produksi karena kualitas telur asin sangat bergantung pada tahap ini. Kedua, menjamin ketersediaan dan kualitas bahan baku. Ketiga adalah memiliki tenaga kerja atau tim yang solid.

Tantangan terbesar di awal usaha adalah menghasilkan produk dengan kualitas dan rasa yang konsisten serta memiliki daya simpan yang tahan lama.

Selain itu, modal usaha menjadi tantangan, terutama saat diperlukan investasi untuk peralatan semi industri dalam rangka diversifikasi produk.

Untuk mengatasi kegagalan produk, Mariam menerapkan manajemen risiko yang ketat. Jika kegagalan (seperti telur tidak asin atau busuk) teridentifikasi sejak awal, produk tidak akan dipasarkan. “Jika teridentifikasi setelah distribusi, produk segera ditarik dari peredaran untuk penanganan limbah lebih lanjut,” katanya.

Keunggulan lain yang membedakan En-dhog dari kompetitor adalah jaminan keamanan produk. Setiap butir telur asin memiliki stiker tanggal kedaluwarsa, menjamin produk aman dikonsumsi dengan daya simpan hingga satu bulan.

Strategi yang sukses digunakan untuk meyakinkan pembeli dan reseller pertama adalah dengan menawarkan produk melalui sistem konsinyasi (titip jual).  Pendekatan ini memutus keraguan pembeli dan memberikan jaminan bahwa produk yang rusak dapat dikembalikan, sehingga risiko bagi mitra menjadi minimal.

Meskipun fokus awal adalah memvalidasi resep dan proses produksi sebelum mengurus perizinan usaha (seperti NIB atau P-IRT), izin tersebut segera diurus setelah resep valid agar produk bisa menjangkau toko modern. (muhammad fikry syahrin) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved