Berita Banjarmasin
Impor Pakaian Bekas Diperketat, Pedagang Pakaian Baru di Banjarmasin Anggap Tak Pengaruhi Penjualan
Kebijakan yang digulirkan Menteri Purbaya tak membuatnya merasa mendapat angin segar
Penulis: Saiful Rahman | Editor: Ratino Taufik
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Di lorong-lorong Pasar Sentra yang ramai, Rijali tampak sibuk di antara deretan pakaian lokal yang ia tawarkan kepada pengunjung pasar. Meski pemerintah memperketat impor pakaian bekas, Ia tak melihat keramaian meningkat di lapaknya. Bagi Rijali, dunia pakaian punya ruang untuk semua selera. Minggu (2/11/2025)
“Menurut saya tidak ada saingan-saingan karena memang peminatnya berbeda. Mereka yang suka barang bekas ke sana arahnya. Mereka yang suka barang baru, bisa cari yang murah bisa juga cari yang mahal,” ujarnya, sambil merapikan kaos dagangannya.
Kebijakan yang digulirkan Menteri Purbaya tak membuatnya merasa mendapat angin segar. Namun Ia menilai bahwa pengetatan akan lebih baik dilakukan di pelabuhan tempat di mana Ballpres tiba.
“Tidak ada pengaruhnya buat kami yang menjual pakaian-pakaian baru. Tapi kalau mau diketatkan yang di pelabuhannya saja diketatkan. Kasihan juga orang yang bejualan pakaian bekas gitukan,” katanya, menunjukkan empati kepada sesama pedagang.
Baca juga: Ramai Berita Pengetatan Impor Pakaian Bekas, Tak Surutkan Ramainya Surga Thrifting di Banjarmasin
Rijali sendiri menjual berbagai merek lokal dengan harga yang ia sebut “terjangkau”, berbeda dari toko-toko besar yang menurutnya cenderung eksklusif. Pakaian-pakaian yang Ia jual adalah produk lokal yang Ia pesan dari pulau jawa.
“Tempat saya ini murah aja. Memang ada produk lokal yang mahal itu biasanya di toko, jadi satu merk atau dua tiga merk dalam satu toko seperti eksklusif harganya jadi mahal. Kalau di tempat saya merk satu dengan yang lainnya bisa ditemui di pedagang-pedagang lain,” jelasnya.
Ia percaya bahwa setiap pasar punya komunitasnya sendiri. Dari yang mencari pakaian bekas hingga yang baru, dari yang murah hingga yang premium semua punya tempat di hati masyarakat.
“Ini ada merk AIGAR kalau yang mahalnya kan Eiger, tergantung pembelinya mau yang mana toh fungsi sama. Malah seringnya lebih baik yang merk-merk kecil-kecil begini dari pada di toko-toko. Tapi balik lagi itu soal selera masing-masing. Bekas, baru, mahal ataupun murah," katanya sambil tersenyum.
Meski kebijakan soal pakaian bekas makin ketat, Rijali tetap yakin bahwa pasar akan menyesuaikan diri. Ia pun tak merasa tersaingi oleh penjual pakaian preloved.
“Kalau masalah barang bekas yang ditegasi oleh menteri yah kami tidak ada imbasnya dan tidak pengaruh apa-apa karena memang tadi saya bilang ‘ada pecintanya masing-masing’," ujar Rijali.(Banjarmasinpost.co.id/Saifurrahman)
| Di Balik Lapak Trifting Hambali : Cerita Jaket Timnas, Dollar di Saku, dan Warisan Keluarga |
|
|---|
| 36 Mobil Dinas SKPD Ditarik Pemko Banjarmasin Imbas Kebijakan Efisiensi, Diganti Sistem Sewa |
|
|---|
| Rutinitas Komunitas Lari di Banjarmasin, Berlari Sambil Dapat Doorprize |
|
|---|
| Lanjutkan Kerjasama Program Kesetaraan Pendidikan, Kalapas Banjarmasin Harapkan Masa Depan WBP Cerah |
|
|---|
| Perkuat Toleransi, Pukat Banjarmasin Gelar Dialog Lintas Iman dan Kebangsaan di Gereja Katedral |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.