Berita Tapin

Dari Pekarangan Rumah di Tapin, Runiansyah Kembangkan Bisnis Madu Kelulut Menguntungkan

ketertarikan mengembangkan budidaya kelulut berawal dari rasa penasaran setelah melihat banyak peternak madu sukses di media sosial

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Ratino Taufik
banjarmasinpost.co.id/muhtar wahid
Runiansyah pembudidaya lebah madu kelulut di Desa Banua Hanyar Hulu Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Jumat (7/11/2025) 

BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Bermula dari dua sarang lebah kelulut yang diambil dari hutan, kini Runiansyah, warga Desa Banua Hanyar Hulu, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, sukses mengembangkan ratusan koloni madu kelulut hasil budidaya sendiri. 

Ditemui di rumahnya, Runiansyah menceritakan awal perjalanannya menekuni usaha madu kelulut yang kini semakin menjanjikan. 

“Pertama itu kami cuma punya dua sarang, hasil ngambil dari hutan. Setelah berkembang, muncul keinginan menambah lagi,” ujarnya sambil tersenyum, Jumat (7/11/2025). 

Menurutnya, ketertarikan mengembangkan budidaya kelulut berawal dari rasa penasaran setelah melihat banyak peternak madu sukses di media sosial. 

Ia pun mencoba meniru langkah-langkah mereka melalui video di YouTube. 

Namun, jalan menuju sukses tidaklah mudah.

“Awalnya banyak gagal. Dari dua sarang itu, satu hilang. Tapi saya terus belajar, tidak putus asa. Akhirnya berhasil menambah satu lagi,” tutur Runiansyah.

Baca juga: Dinas ESDM Kalsel Pastikan Longsor di Tambang Galian C di Awang Bangkal, Disebabkan Cuaca Ekstrem

Berbekal pengalaman dan ketekunan, hasil kerja kerasnya kini mulai terlihat. Dalam satu tahun terakhir, ia mampu menambah antara 20 hingga 30 sarang baru.

“Sekarang alhamdulillah sudah lumayan banyak. Setahun bisa nambah sekitar 20 sampai 30 sarang,” katanya.

Selain dikembangkan secara alami di pekarangan rumahnya, madu hasil panen dari kelulut milik Runiansyah juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. 

Sekali panen, dari satu sarang bisa menghasilkan sekitar setengah hingga satu liter madu murni.

“Kalau dijual, harganya antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu per botol ukuran 250 mililiter. Banyak yang pesan dari luar desa juga,” ujarnya.

Runiansyah menjelaskan, madu kelulut diminati karena khasiatnya yang dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan, dan membantu pemulihan setelah sakit.

“Sekarang ini permintaan terus ada, apalagi pas musim pancaroba atau banyak orang cari madu untuk kesehatan,” jelasnya. 

Usaha madu kelulut yang dikelola secara mandiri ini kini menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga Runiansyah. 

Ia berharap ke depan ada perhatian dari pemerintah daerah atau dinas terkait agar budidaya madu kelulut di Tapin bisa lebih berkembang lagi.

“Kalau ada pembinaan atau pelatihan, tentu sangat membantu. Soalnya di Tapin ini potensinya besar,” harapnya. (Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved