Jendela

Tuan Guru Tabrani Basri

Tuan Guru Haji Drs. Tabrani Basri telah wafat. Ada rasa kehilangan yang berat di hati penulis dan warga Kalsel terhadap Guru Tabrani

|
Editor: Irfani Rahman
Foto Ist
Mujiburrahman, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin 

Guru Tabrani adalah alumni Pesantren Rakha Amuntai, dan sarjana IAIN Sunan Kalijaga. Prof. Ahmad Syalabi, dosen asal Mesir itu, menyebutnya “kiai kecil”, mungkin karena badannya kecil tetapi ilmunya level kiyai.

Setelah pulang ke Banjarmasin, dia menjadi dosen agama di Fakultas Ekonomi, Universitas Lambung Mangkurat. Dia juga membantu mengajar di IAIN Antasari. Pada 2008-2010, dia diangkat menjadi Ketua Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Sejak kuliah di Yogyakarta hingga menjelang akhir hayatnya di Banjarmasin, dia rutin mengisi pengajian di berbagai tempat.

Menurut Bulkini dan Muhajir (2024:130-132), teladan terbaik dari Guru Tabrani adalah sikapnya yang selalu berusaha melihat sisi baik dan positif dalam setiap peristiwa hidup. Saat bercerita tentang kecelakaan pesawat di Colombo itu, dia justru banyak bercerita tentang nikmat Allah.

Misalnya, Gubernur memberi hadiah uang Rp 1 juta per orang, padahal biaya haji saat itu hanya Rp 760 ribu. Saat ditemui kala dirawat di RSI Sultan Agung Banjarbaru, Agustus 2024, dia sama sekali tak bercerita tentang sakitnya, tetapi tentang betapa nyamannya layanan di rumah sakit itu, dan gratis pula.

Pada Ahad, 4 November 2018 silam, saya juga pernah berbincang dengan Guru Tabrani, yang saat itu sudah berusia 82 tahun. “Apa resep umur panjang?” tanyaku. Menurutnya, mengutip Dale Carnigie, emosi negatif adalah penyebab utama badan kita sakit. Karena itu, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa para penghuni surga adalah orang-orang yang suka berderma dalam keadaan senang ataupun susah, mampu mengendalikan amarah, dan suka memberi maaf (QS 3:134). Jelas bahwa semua ini telah menjadi lakon dalam hidupnya. Guru Tabrani adalah sosok yang lembut, santun dan humoris.

Alhasil, Guru Tabrani adalah orang besar. Ribuan jemaah yang mensalatkan jenazahnya di Masjid Raya Sabilal Muhtadin tempo hari adalah pertanda betapa banyak orang yang mencintainya dan merasa kehilangan. Tuhan telah memberinya usia panjang, 87 tahun (1938-2025). Ia telah mengisi hidup dengan ucapan dan tindakan yang bermakna. Sungguh tepat PBNU memberinya penghargaan sebagai “tokoh pengabdi sepanjang hayat” saat Peringatan 100 Tahun NU pada 2023 silam. (*)

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Desentralisasi MBG

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved